Menyambut peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2018 lalu, unit post-hardcore asal Jakarta, Divide merilis ulang “Titik Dalam Koma”, lagu yang sebelumnya pernah dirilis pada 2011 silam. Namun kali ini, formasi terkini Divide yang diperkuat Dhenaldi “Dendenk” Savirio Firmansyah (vokal), Wilfried “Will” Arief Nugroho (bass), Nicko Rahmat Prabowo (dram) dan Pradipta “Dipta” Beawiharta (gitar) mendaur ulang lagu tersebut ke dalam format akustik. Selain itu, mereka juga melibatkan kontribusi seorang gitaris bernama Romano Guitarboy.

Kenapa melibatkan Romano? “Karena awalnya kami ngerasa lagu ‘Titik Dalam Koma’ ini masih terlalu flat, dan berhubung kami belum pernah featuring sosok gitaris, akhirnya kepikiran untuk mencobanya dengan mas Romano, dan ternyata pas! Permainan gitar dia memberi nuansa yang beda di lagu tersebut,” cetus Divide kepada MUSIKERAS, menerangkan.

Lagu “Titik Dalam Koma” sendiri dibuat untuk mengingatkan para generasi muda akan Sumpah Pemuda yang bertujuan untuk menjaga Tanah Air supaya tetap satu. “Saat ini Indonesia memang berada di era kebebasan, tapi kebebasan ini malah disalahgunakan untuk hal-hal yang kurang baik yang menyebabkan pertikaian, perselisihan, sehingga tercipta kubu-kubu yang saling bertentangan dan saling bermusuhan, baik di dunia maya maupun dunia nyata,” seru Dipta menegaskan.

Pada 13 Mei 2018 lalu, Divide membuka lembaran karirnya di 2018 ini lewat sebuah single berjudul Innocence”, setahun lebih sejak merilis album “Sakunta Sarpa” (2016). Momen itu juga mereka manfaatkan untuk memperkenalkan Dipta sebagai vokalis tambahan, yang mereka anggap sangat sesuai dengan kebutuhan Divide. “Dia punya karakter vokal yang khas, disamping itu dia juga punya skill yang mantap di gitar. Jadi itulah alasan kenapa kami memilih dia.”

Divide sendiri terbentuk pada 23 Januari 2010 lalu, yang berangkat dari pertemanan di sekolah menengah atas yang sama, walau berbeda angkatan. Berawal dari niat Dendenk untuk membentuk sebuah band dengan genre post-hardcore, setelah terinspirasi band luar seperti The Devil Wears Prada dan Attack! Attack! pada era itu. Dendenk pun lantas membentuk Divide setelah mengajak adik kelas-nya, Bolo (gitar), Fikrie (gitar/synth) dan Will (bass) serta dua orang terakhir yang bergabung: Uda (vokal) dan Gege (dram).

Dalam waktu setahun, tepatnya pada 25 Desember 2010, mereka berhasil menelurkan album mini (EP) berjudul “Commas In Period”, yang antara lain diperkuat single “Come Here, We’re Going Down” dan “The 4th”. Bahkan pada Januari 2011, Divide melebarkan sayap hingga ke luar Indonesia, dimana mereka berhasil menggelar show di Perth, Australia serta menjadi band pembuka konser band hardcore asal AS, Emmure di Singapura pada Juni 2011. Tidak hanya sekali Divide terbang ke Benua Kanguru tersebut. Pada September 2011, Divide kembali ke Perth untuk menggelar beberapa konser bersama band tuan rumah, In League. Dan pada 2012, Divide kembali melakukan tur di sana dalam paket tur berjudul “Macbeth Indonesian Tour 2012”. Pada Juli 2012, Divide merilis album penuh “The Sun, The Moon, And The Truth”.

Setelah single “Innocence” dan “Titik Dalam Koma”, Divide juga memberi bocoran bahwa akan memberikan ‘kejutan’ dalam waktu dekat. Sementara untuk persiapan album, mereka menargetkan bakal dirilis pada awal tahun depan. (Mdy/MK01)

.