Tepat di usianya yang ke-17, unit keras asal Jakarta Timur, Dead Vertical memutuskan merilis album baru bertajuk “XVII” (Blackandje Records), dengan kembali menerapkan konsep grindcore yang beringas, seperti awal Dead Vertical terbentuk pada November 2001 silam. Dan menurut para personelnya – Arya “Aryablood” Gilang Laksana (dram), Adi “Boybleh” Wibowo (gitar/vokal) dan Bonny “Deadbonz” Suhendra (bass) – proses perubahan itulah yang agak merepotkan.

“Yang cukup merepotkan adalah proses pencarian karakter sound, karena konsep album ‘XVII’ ini jauh berbeda dibanding album sebelumnya. Kami kembali ke roots awal kami bermusik grindcore, (namun) dengan kemasan lebih modern,” cetus pihak band kepada MUSIKERAS, menegaskan.

Sebetulnya, lanjut pihak Dead Vertical lagi, formula musik album “XVII” lebih mengacu ke konsep album kedua, “Infecting the World” (2008). Ada kesamaan dalam spirit-nya, yaitu bertempo cepat dengan riff yang simple,  intens dengan durasi lagu yang pendek, diiringi sesekali tempo beat atau groovy.

“Perbedaannya, ‘XVII’ menyuguhkan sound yang lebih modern dan penyempurnaan dari album-album sebelumnya. Kalau untuk soal referensi sebagian besar kami masih menganut influence lama kami yaitu Napalm Death, Terrorizer, Slayer dan Nasum. (Inspirasi) Yang baru adalah kami menyelipkan style Crusty Punk seperti Extreme Noise Terror dan Discharged. Kami pun ter-influence oleh sebagian band heavy metal dan glam metal seperti Motorhead dan Warrant untuk mendapatkan spirit rebelitas di lirik-liriknya yang bertemakan problematika remaja di usia 17 tahun.”

“XVII” sendiri merupakan karya rekaman studio kelima Dead Vertical. Proses rekamannya dimulai sejak awal Maret 2019, lalu berlangsung selama kurang lebih hampir tiga minggu. Dimulai dengan proses seperti standar rekaman umumnya, yaitu diawali pembuatan gitar guide, lalu drum tracking, gitar, bass dan terakhir vokal.

Namun dari segi musikal, Dead Vertical mengaku menghadapi proses eksekusi rekaman yang cukup menantang. Misalnya di lagu “Dimensi Fatamorgana” dan “Buronan 73”, dimana untuk pertama kalinya di divisi vokal mereka menerapkan style bernyanyi southren rock di beberapa bagian.

“Selain itu, lagu-lagu yang menurut kami layak dijagokan adalah ‘Bloody Road’, ‘Si Mulut Besar’, ‘Gadget Slave’ dan ‘TV Pembodohan’. Karena di lagu-lagu tersebut riff-riff gitarnya sangat intens dan berspirit lebih rusuh. Oh ya, satu lagi, yang unik kami juga membuat lagu model industrial metal yang berjudul ‘17+’ yang diplot di trek terakhir sebelum hidden track. Lagu tersebut merupakan jembatan antara pendengar grindcore atau musik ekstrim militan dengan audiens umum yang menyukai rock.”

Ada 18 lagu yang termuat di album “XVII”, termasuk “Elektro Visual Adiktif” yang telah dirilis sebagai single tahun lalu. Namun lagu tersebut ditempatkan di urutan tersembunyi (hidden track). Sebelum “XVII”, Dead Vertical yang pernah menjadi band pembuka konser Napalm Death pada 2 September 2007 di Jakarta ini telah merilis “Fenomena Akhir Zaman” (2004), “Infecting The World” (2008), “Perang Neraka Bumi” (2011) dan “Angkasa Misteri” (2016), juga sebuah album mini (EP) “Global Madness” (2006) serta album split “When Love Finds A Fool, Grind Still Rules!” (2007) bersama Proletar dan Gory Inhumane Genocide. (mdy/MK01)

.