Terdera rasa jenuh akan pola kebiasaan pada umumnya akibat pandemi, lalu lagi-lagi ingin mencoba sesuatu yang baru, unit industrial rock asal Cicadas, Bandung ini pun menyerukan single baru bertajuk “Parah”. Sebuah single penutup 2020 yang mereka anggap sarat kenangan sekaligus perenungan yang sangat dalam bagi sebagian besar umat manusia di dunia.
Sebelumnya, nama Glosalia berhasil merebut perhatian publik musik Tanah Air lewat karya cadas mereka yang bertajuk “Hail Gundala”. Lagu tersebut terpilih menjadi salah satu single unggulan di album soundtrack film “Gundala” garapan Screenplay Films dan Bumilangit.
Musik “Parah” sendiri digeber tanpa intro, semua instrumen masuk bersamaan tanpa basa-basi. Boleh jadi, “Parah” merupakan satu-satunya single yang tidak memiliki intro di antara karya-karya rekaman Glosalia yang pernah mereka ciptakan sebelumnya. Format tanpa bass digantikan alunan synth ala single “Hail Gundala” juga masih dipertahankan. Dan menurut mereka, sejauh ini bisa dikatakan berhasil dan memberikan kepuasan tersendiri bagi internal Glosalia.
Produksi musik single “Parah” dikerjakan dengan merespon beberapa adegan di film “Se7en” karya penulis Andrew Kevin Walker dan David Fincher sebagai sutradara. Bahan dasarnya dari permainan akustik yang sudah lama dikerjakan, dan pada awalnya justru terinspirasi single “Even Flow” milik Pearl Jam. Dan sekarang semakin mengerucut dan mengentalkan aroma band-band rock ’80 dan ‘90an seperti synth rock ala Gary Numan, rock powerful ala Nine Inch Nails dan musik kejanggalan dari Puscifer.
Menurut para personel Glosalia, yakni Irsyad Ali (gitar/bass/programing/vokal/vokal latar), Mega Dirgantara (gitar/bass/programing/vokal latar) dan Arif Ganjar Ali (vokal/gitar/penulis lirik/programing), penggarapan “Parah” terbilang cukup lama, karena lagu berubah-ubah dan berbagai macam versi. Mereka merekamnya di studio milik sendiri, Teargas Lab dan juga merilisnya via label rekaman sendiri bernama Teargas Records.
“Tantangannya berusaha mengubah pakem musik elektronik yang lurus-lurus 4/4 menjadi 3/4 bahkan 5/4 dan menyatukannya dengan unsur rock progresif,” tutur pihak Glosalia kepada MUSIKERAS, mengungkap proses kreatif di balik penulisan “Parah”.
Paham industrial rock sendiri mempunyai sisi menarik bagi band yang terbentuk sejak 2001 silam ini. Dengan mendengarkan musik industrial rock, menurut mereka semacam bisa mendengarkan segala jenis musik. Di antaranya seperti new wave, rock alternatif, metal, elektronic, grunge dan lainnya.
“Latar belakang menyukai musik industrial rock karena kami suka semua jenis musik. Dan di Indonesia cukup jarang, bisa dihitung jari band yang ada unsur industrialnya. Contohnya Sel, Helm Proyek dan Koil.”
Usai perilisan “Parah”, banyak rencana Glosalia yang masih terbuka lebar kemungkinannya. Yang pasti ada keinginan merilis karya rekaman fisik, bisa berupa album mini (EP), bisa juga album penuh. “Tergantung situasi ekonomi dan mood. Progres (kami) sedang merapikan file bahan yang mana saja yang mau digarap, karena (materi) lagu berceceran.”
Sebelum “Parah”, pada awal April 2020 lalu Glosalia sempat meluncurkan single secara digital berjudul “Kita Akan Selalu Bersama”. Lalu pada 8 Mei 2020, bersama rekan-rekan musisi dan seniman di Bandung, Glosalia juga sempat merilis single cover “Enjoy The Silence” milik Depeche Mode. (mdy/MK01)
.
Leave a Reply