“Bagi kami, untuk asik tak harus menjadi seram atau menyerang.”

Kalimat di atas jadi pegangan utama unit hardcore asal Makassar, Sulawesi Selatan ini. Konsep itu, telah mereka tuangkan lewat sebuah singel perdana bertajuk “Langit Sore”, yang telah dilepasliarkan sejak awal Agustus 2021 lalu.

Disgrace yang baru terbentuk tahun ini menyalakkan entakan enerjik hardcore beatdown dengan tema lirik yang sedikit berbeda dibanding band-band hardcore umumnya. Seperti pernyataan mereka di atas tadi, mereka memilih tidak menyerang dengan segudang amarah lewat terapan lirik-lirik perlawanan atau berusaha terlihat beringas.

“Perbendaharaan kata yang kami gunakan hanyalah kalimat-kalimat tanpa kesan menyeramkan ataupun seruan. Seringkali kami jumpai dalam satu acara atau gigs dimana sang vokalis menyerukan lagu mereka dengan makna yang sama dengan band-band setelahnya, dalam lingkup perlawanan dan lain-lain, sehingga mendorong kami menyajikan lirik yang berbeda. Meskipun mungkin saja memang pada dasarnya musik ini (hardcore) hanyalah wadah untuk perlawanan. Maka dari itu kami hanya terpengaruh oleh musiknya saja, dari segi pemikiran, kami tidak sedang menempatkan pergerakan tersebut di musik Disgrace. Lagu ‘Langit Sore’ merupakan perpaduan musik hardcore dengan lirik ringan kehidupan sehari-hari, kalimat-kalimat yang lebih dekat dengan teman-teman kami yang senang dengan musik-musik senja, yang lebih ringan, santai, dibalut musik ala hardcore yang mengentak,” beber Disgrace kepada MUSIKERAS, menegaskan formulanya.

Dalam pengolahan komposisi musiknya, para personel Disgrace yang diperkuat Ismail Sawir (vokal), Muhammad Shiddiq Nur Fattah (gitar), Reza Rahmat Mahardika (gitar), Pandji Faturahman (bass) dan Akbar Adhansyah (dram) juga memilih jalur yang demokratis, dimana mereka menyatukan kesenangan bermusik mereka yang berbeda-beda. Tapi di mata mereka, hardcore beatdown sendiri memang sangat dinamis dan penuh entakan, perubahan tempo, serta keseruan melihat kerumunan pemuja genre ini saat beraksi di panggung. Ini juga menjadi alasan mengapa Disgrace memilih berpeluh di salah satu turunan musik cadas ini.

.

.

“Namun terkhusus Disgrace, kami banyak terpengaruh oleh band-band seperti Nasty, Varials serta salah satu pentolan hardcore beatdown Makassar, Build Down To Anathema,” seru mereka lagi, memperjelas.

Sambil mempromosikan “Langit Sore”, Disgrace saat ini sedang menyelesaikan rekaman untuk single kedua yang bakal diberi judul “Segelas Kopi”. Rencananya, kedua lagu tersebut bakal menjadi penghuni album mini (EP) mereka yang rencananya bakal dirilis tahun depan. (mdy/MK01)