OMNI kembali bakar semangat.

Jiwa yang merdeka takkan bisa dilumpuhkan. Karena kekuatan yang mengalir di ragamu kan membawamu pada kemenangan. Darah yang menetes di tapakmu takkan hentikan langkah yang berani berjuang dapatkan kemenangan walau nyawa jadi taruhan!”

Kalimat di atas adalah cuilan lirik lagu terbaru OMNI, kuartet modern rock/alternative metal asal Jakarta, yang bertajuk “Jiwa yang Merdeka”. Sebuah ungkapan suara hati mendalam dari OMNI dan banyak orang di luar sana yang mengalami hal yang mereka ceritakan melalui lagu tersebut.

OMNI yang diperkuat formasi Rully Worotikan (gitar), Amank Syamsu (vokal), Romy Sophiaan (bass) dan Robby ‘Momon’ Wahyudha (dram) ingin mengingatkan bahwa setiap manusia tercipta untuk melakukan perkara-perkara yang luar biasa. Hidup menjalani visi yang hebat adalah sebuah kekuatan untuk bisa bertahan dalam menghadapi tantangan. Walau pada kenyataannya, seringkali kita harus merasakan diinjak, dihina dan bahkan dikucilkan oleh orang-orang di sekitar kita.

“Kami ingin menyampaikan pesan kepada semua orang yang hidup dalam penindasan dan keterbatasan, bahwa mereka tidak sendirian menjalani kesulitan ini. Bukan cuma mereka yang terpaksa hidup dalam tekanan. Kami pun merasakan apa yang kalian rasakan. Milikilah ‘Jiwa yang Merdeka’, bangkit, tunjukkan kemampuanmu pada dunia. Dan jangan pernah lagi hidup di dalam stigma negatif yang diberikan orang lain. Jadikanlah semua halangan dan tantangan sebagai batu loncatan dan motivasi untuk tetap maju dan memenangkan pertarungan hidup ini.”

Kali ini, OMNI tidak sendiri untuk menggaungkan “Jiwa yang Merdeka”. Mereka mendapatkan dukungan dua vokalis, yakni Andi Fadly Arifuddin (Padi/Musikimia) serta Candra Hendrawan Johan a.k.a. Che (Cupumanik/Konspirasi) sebagai rekan kolaborasi. Ini adalah salah satu kolaborasi istimewa yang pernah terjadi dalam perjalanan karir OMNI.

“Fadly dan Che adalah bagian dari lingkar pergaulan yang terdekat dengan kami. Tapi  yang membuat kami memutuskan agar mereka jadi bagian dari lagu ini adalah karakter personal yang mereka miliki. Kami melihat kehadiran karakter tersebut bisa semakin memperkuat pesan yang ingin disampaikan melalui lagu ini,” ujar Rully kepada MUSIKERAS, mengungkapkan alasannya melibatkan kedua vokalis tersebut.

“Jiwa yang Merdeka” sendiri, dari segi konsep musikal, menerapkan konsep yang ‘tidak seperti biasanya’. Mengacu kepada pemikiran seperti itu, ujar Rully lebih lanjut, maka keluarlah ide penggunaan kord, ritmik hingga biramanya. Bentuk kord pada bagian intro dan verse sangat tidak umum digunakan oleh band-band rock atau metal, namun justru di situlah tantangannya, bagaimana agar bisa menjadikan sebuah lagu ballad yang bertenaga, namun dieksekusi dengan struktur yang ‘out of the box’. 

.

.

“Saat kami mulai memainkan pola intro dan verse di studio latihan, tema lirik bisa langsung kami dapatkan. Yang artinya, nuansa musik ‘Jiwa yang Merdeka’ sudah menemukan pasangan liriknya sejak awal. Situasi yang sangat jarang terjadi dalam setiap workshop OMNI,” cetus Rully lagi, meyakinkan. 

Selanjutnya, bagan musik bisa mereka rampungkan di awal workshop. Detail aransemen, karakter sound dan penggunaan efek mereka garap sedetail mungkin di tahap pra produksi. Setelah selesai, mereka masih melihat-lihat potensi atau kemungkinan bisa mengembangkan musiknya. 

“Butuh pemikiran ekstra dalam setiap pengerjaannya, karena kami ingin menghasilkan musik metal yang grande tapi dengan instrumen standar seperti bass, dram dan gitar saja. Tanpa ada keyboard atau elemen strings. Yang lumayan lama adalah pemilihan reverb gitar untuk bagian intro dan verse. Lumayan memakan waktu sampai kami dapetin karakter yang diinginkan. Begitu juga pengisian bagian lead gitar yang membutuhkan satu minggu untuk bisa berhasil meramu komposisi yang senyawa dengan tema lagunya. Untuk lagu ini juga, Romy menggunakan (bass) Warwick Baritone semi hollow untuk mendapatkan karakter bass yang dibutuhkan.”

Keseluruhan eksekusi rekaman “Jiwa yang Merdeka” dilakukan di studio Rodinda Music Indonesia, Tebet di bawah komando Rully Worotikan sendiri sebagai produser musik. Lalu mixing dan mastering dipercayakan kepada Rizki Wahyudi yang masing-masing dipoles di studio Jagasvara serta studio Chandracom.

OMNI yang terbentuk sejak April 2012 lalu, sejauh ini sudah melepas sebuah album debut berjudul “Medulla Oblongata” (2013) serta tiga single untuk menyambut album penuh keduanya, yaitu “Negeri Api” (2017), “Kita Pasti Bisa” (2019) dan “Surrender” (2020). (mdy/MK01)