“Diawali dari ketiga personel yang menginginkan memiliki band yang lebih bersenang-senang dari band-band sebelumnya. Lalu (saat) masuk studio pertama kali dan merasa klop karena langsung dapat satu lagu dari latihan pertama pada 2015.”

Itu alasan terbentuknya band rock asal Bandung ini, yang diungkapkan kepada MUSIKERAS. Dan tak terasa, kini mereka – Kareka Puja Saputra (vokal/gitar), Cahyo Utomo Wicaksono (dram) dan Angga Prihayadi (bass) – sudah merilis karya rekaman album pertamanya.

Valla merilis album penuh debutnya yang berjudul “Gemini” pada 29 Oktober 2021. Di sini, mereka melepas 13 amunisi lagu bernuansa rock ‘90an hingga ‘2000an. Judul “Gemini” sendiri diambil dari salah satu zodiak, yang umumnya disimbolisasikan dengan sosok kembar. 

Valla menggarap “Gemini” sejak Juni tahun lalu, selepas pembatasan lockdown yang dilakukan pemerintah. Ketika memulai latihan untuk pertama kalinya, ketiganya langsung menghasilkan sekitar 15 trek yang lumayan potensial. Bahkan setelah itu, Valla sempat meluncurkan sebuah album mini (E) bertajuk “Vermisst” untuk mengisi kekosongan sebelum merilis album.

Lalu saat menjalani proses rekaman untuk “Gemini” yang dilakukan di Ruang Rekam Studio dan Red Studio, Valla benar-benar berusaha memaksimalkan setiap keterbatasan yang mereka hadapi, baik secara produksi maupun kreativitas. Dan untuk proses kreatif tersebut, kebanyakan dipicu ide riff atau kord dari Caka, yang lantas dieksekusi menjadi lagu penuh dengan cukup lancar dan tidak memakan waktu lama. Bahkan di lagu “Catastrophic” yang menjadi salah satu trek membanggakan buat mereka, produksi seluruh isian instrumen hanya dilakukan sekali take.

.

.

“Dalam sisi aransemen pun yang pasti lebih disempurnakan dibanding karya-karya kami sebelumnya. Bahasa lumrahnya mungkin upgrade ilmu dengan seiringnya pertambahan wawasan dan referensi sehingga membuat aransemen setiap lagu di album ‘Gemini’. Warna yang cukup beragam, walaupun tetap dikelilingi dengan warna utama dari musik dari Valla.” 

Dramer Cahyo menambahkan, konsep musik yang dituangkan Valla di “Gemini” lahir dari ekspresi masing-masing personel yang akhirnya menghasilkan racikan musik yang organik. Konsep yang kadang sulit ditebak. Dan album “Gemini” ini mungkin memperjelas keleluasaan Valla dalam bermusik.

“Konsep bermusik Valla sendiri ingin bersenang-senang dalam berkarya tanpa terbatas oleh genre mana pun. Referensi setiap personel berbeda beda, tetapi secara garis besar kami mengagumi karya NIN (Nine Inch Nails). Mungkin kami punya referensi masing-masing yang jauh dari yang kami mainkan sebagai Valla.”

Selain ketiga personel Valla, “Gemini” juga didukung kontribusi beberapa musisi, di antaranya Estu Hning (The High Temples) yang memainkan violin di “Circular Motion”, lalu Ratih Putria (Bleu House, Sheeka) yang membubuhkan isian kibord dan synth di “Blatherskite”, Ivan Rifaldy (Loner Lunar) yang mengisi gitar di “Blatherskite”, “Stillbirth” dan “Falling”. Tidak lupa ada bantuan vokal latar dari Emir Mahendra (Loner Lunar, White Chorus) di “Alone” serta bantuan vokal Clara Friska (White Chorus) dan Ivan Rifaldy di lagu “An Unpleasant Situation of Being Surrounded by Water in A Dream”. Sementara untuk pemolesan mixing dan mastering dipercayakan kepada Adistia Pratayangsha. 

Album “Gemini” kini sudah bisa didengarkan secara lengkap di platform digital streaming seperti Spotify dan YouTube. (aug/MK02)