Dari Kalimantan Tengah, unit metalcore ini mencoba menarik perhatian skena musik keras nasional lewat single debut yang bertajuk “Decision”. Sebuah karya rekaman yang mereka harapkan bisa memotivasi para pendengarnya agar tidak berlarut-larut dalam masalah yang sedang dihadapi dan tidak ragu dalam mengambil sebuah keputusan. Liriknya dirangkai berdasarkan pengalaman pribadi dramer Reiss, saat dihadapkan pada situasi sulit dalam hidup.
Hari Panglisano – sang dramer – bersama Ihsan Zakaria (vokal), Nicko Saputra Evendi (gitar) dan Ali Dinata (gitar) menggodok “Decision” dalam waktu yang terbilang lama. Kurang lebih tiga bulan. Salah satu penyebabnya adalah referensi musik para personel Reiss yang berbeda-beda, sehingga membuat peracikan aransemen berlangsung cukup alot. Akhirnya, terapan riff gitar di “Decision” pun dibuat lebih sederhana, atas pertimbangan mereka ingin lebih menekankan sisi lirik.
Disamping itu, proses pencarian sound gitar yang sesuai juga sempat menjadi kendala. Pasalnya, momen rekaman yang dilakukan di Beat Records (termasuk untuk pemolesan mixing dan mastering) ini juga merupakan pertama kalinya bagi gitaris Nicko dan Ali menerapkan penalaan (tuning) di drop F#. Selain untuk menyesuaikan dengan jangkauan suara sang vokalis, mereka juga ingin lebih bereksplorasi.
“Selain pengen dapet sound gitar yang lebih low dan tight, kami juga menyesuaikan sama range vokal vokalis kami. Dan sepertinya memang berjodoh di drop F#, jadi ya kami harus cari ukuran senar gitar yang lebih tebal lagi buat ngejar tight-nya,” seru Reiss kepada MUSIKERAS, menegaskan alasannya.
.
.
Metalcore langsung menjadi urat nadi di suguhan konsep musikal Reiss, sejak terbentuk pada pertengahan April 2021 lalu. Band dunia yang memberi pengaruh cukup besar terhadap lingkup musik Reiss, di antaranya adalah Wage War, Architects, Erra, Polaris hingga Northlane. Reiss menganggap, metalcore merupakan sub-genre metal yang terkesan sangat maskulin.
“Menurut kami, hal yang menarik dari metalcore terletak pada bagian breakdown, riff gitar yang terkesan ‘laki’ banget, dan hook pada chorus yang catchy. Pendapat ini muncul karena salah satu band yang menurut kami ‘King of Metalcore’, yaitu As I Lay Dying mewakili itu semua. Karena dulu kami tahu metalcore dari As I Lay Dying ini.”
Dan yang membuat metalcore semakin menarik, lanjut Reiss lagi, secara teknis juga cukup menantang saat memainkannya. Terutama pada sound gitar serta riff yang cukup kompleks sehingga harus terdengar jelas. “Oh iya, dram sama bass juga nggak kalah penting, (karena) mereka sebagai pondasi.”
Usai “Decision”, tahun depan Reiss juga telah mengambil ancang-ancang untuk melepas single kedua, plus sejumlah rencana untuk membuktikan kemampuan mereka di atas panggung. “Semoga single ‘Decision’ dari Reiss menjadi penanda bahwa skena metal di Kalimantan masih ada, dan tidak padam.” (mdy/MK01)