Sebenarnya, unit leburan emo, alternative dan post-hardcore asal kota Kediri, Jawa Timur ini sempat merampungkan sebuah karya rekaman berformat album mini (EP), tak lama setelah resmi terbentuk pada 2020. Sayangnya, Norch mendadak vakum, dan situasi tak menentu itu berlangsung selama dua tahun. Kini, dengan formasi baru dan semangat baru, proyek EP yang mangkrak diteruskan, yang lantas dipanaskan lewat lagu rilisan tunggal pembuka bertajuk “360”.

Tentang lirik “360”, adalah sebuah lagu yang menyoroti ego yang berlebihan. Mereka menyebut ego terkadang bisa menyelamatkan, namun juga dengan mudah bisa mematikan. Banyak orang terserang penyakit berbahaya tersebut, dan sadar tak sadar mengabaikan yang seharusnya diperhatikan, dan memperhatikan yang sepertinya tak tepat untuk diperhatikan. Pesan utamanya, gunakanlah ego dengan sewajarnya saja.

Kehadiran Norch sendiri langsung mendapat perhatian luas di skena musik keras Kediri. Karena para personelnya merupakan gabungan dari beberapa band pop punk dan melodic hardcore yang sudah cukup dikenal seperti PenguinSuck, Finalfury, Memories Street dan Emerland.

Saat menggarap “360” serta rekam ulang lagu-lagu lainnya di EP, Norch sendiri sudah diperkuat oleh formasi Aditia Pramana Putra aka Manaditara (vokal), Azaria Septa Marta Usmany aka Pablo (gitar), Ade Elfanda (bass), Mey Eko aka Bimo (gitar) serta Steven Titus Prasetyo Utomo yang menggantikan Onnezatus Ervivon, dramer sebelumnya. 

Dalam proses kreatif penggarapan “360” yang menghabiskan waktu selama sekitar satu setengah bulan tersebut, Pablo yang juga dipercayakan sebagai produser rela menuntaskan produksi lagu tersebut dari larut malam hingga pagi. Ia dibantu oleh Setyo Budi Utama (Doseless) yang menangani programing serta teknis rekaman di Richnest Record. 

.

.

Untuk peracikan musiknya sendiri, “360” sedikit banyak menyari dari berbagai pengaruh di wilayah emo/post-hardcore/alternative, antara lain dari band-band rock asal AS seperti Modern Baseball, Turnover, American Football, Citizen dan banyak lagi lainnya.

“Sebelum merilis ‘360’, kami mengirimkan demo ke beberapa ‘taste maker’ dan mereka menyebutkan genre yang seperti itu yang kami mainkan. Tapi dari kami, lagu dan musik yang kami bawakan cukup emosional, dari segi lirik dan instrumen, ditambah gebukan beat-beat post-hardcore yang heavy namun tetap nyaman didengarkan. Lalu bagaimana dengan alternative? Kami bisa memasukkan unsur musik yang kami inginkan, misalnya melodic, ambient hingga groovy beat. Mungkin itu yang akan menjadi pembeda dari band-band lain,” papar pihak Norch kepada MUSIKERAS, merinci formula musiknya.

Satu yang pasti, bagi Norch, kenikmatan memainkan leburan genre tersebut terletak pada luapan ‘emosi’ yang bisa bebas dilepaskan, dan dengan iringan musik yang penuh rasa. “Jadi bisa lepas gitu mainnya, segala keluh-kesah terluapkan deh… hahahaa!” 

Paralel dengan kegiatan promosi lagu “360” yang sudah bisa didengarkan di berbagai platform digital sejak 3 Juni 2022 lalu, kini Norch juga berusaha segera merampungkan materi EP yang terpaksa direkam ulang untuk mengakomodasi perubahan formasi.

“Kebetulan sedikit banyak ada perubahan, sekalian kulik ulang lagi materi-materi EP biar tambah mantap. (Karena) Jika hanya mendengarkan’360’ belum cukup untuk mengenal Norch lebih dalam.” (aug/MK02)