Trio ini meneruskan perjuangannya sebagai band pengibar grunge di kota Banda Aceh. Usai meraungkan dua lagu rilisan tunggal tahun lalu, yang bertajuk “Amnesia” dan “Ruang”, yang lantas disusul dengan versi rilisan fisik dari album mini (EP) “Ultra Sentimental” pada Maret 2022 lalu, kini SicKobein memperdengarkan lima trek yang termuat di EP tersebut ke jagat digital.
Selain “Amnesia” dan “Ruang”, EP “Ultra Sentimental” juga disesaki tiga komposisi lainnya, seperti “Orbar”, “Snake Song” dan “Re-Grans”. Dari sisi jabaran lirik, “Orbar” membawa pendengar SicKobein ikut melihat fenomena ‘main hukum’ dari sudut pandang pelakunya sendiri. Lalu “Snake Song”, yang menggambarkan metafora dan jalan pikiran orang-orang bermuka dua, seperti ular yang tidak bisa ditebak. Sementara di “Re-Grans” secara khusus mengulas semangat dalam musik grunge yang bagi mereka, tidak hilang begitu saja, sejak masa jayanya di era 90-an. Karena pengaruhnya masih terlihat di perkembangan musik dunia hingga hari ini.
Saat memulai penggodokan “Ultra Sentimental”, Sickobein masih diperkuat dua personel saja. Hanya ada vokalis dan gitaris Arif ‘Ayip’ Rahman serta bassis Al Mero. Keduanya memulai proses rekaman pada bulan puasa 2021 dan berlangsung selama hampir dua bulan lamanya. Eksekusi teknisnya dilakukan di studio milik Purnama (Purnama and the Rolled Pumpkins) yang juga aktif ikut terlibat dalam seluruh proses keratif selama rekaman. Sementara untuk pemolesan mixing dan mastering diolah di Studio Banana Town, milik Hadi (Brandoffer) yang juga merupakan studio tempat menggarap “Amnesia” dan “Ruang”.
“Dalam tahap rekaman ini tetaplah muncul beberapa kendala, seperti Ayip yang kurang fit menjadikan proses rekaman harus tertunda beberapa minggu, juga karena beberapa masalah kecil lainnya. Namun semangat untuk menyelesaikan ‘Ultra Sentimental’ ini sangatlah besar. Dan Alhamdulillah bisa selesai,” tutur pihak band kepada MUSIKERAS, mengungkap proses kreatif di baliknya.
.
.
Konsep grunge yang ditawarkan Sickobein – yang kali ini juga diperkuat dramer Irsyad ‘Icad’ Khairi – bisa dibilang lebih modern dibanding album terdahulu. Berdistorsi berat dengan lirik-lirik perlawanan, ambigu, sarkas, depresi dan spirit grunge yang kental. Refenensi musiknya tak jauh-jauh dari band-band besar dunia yang mengusung sound heavy, seperti Motorhead, Alice In Chains, Soundgarden, The Melvins hingga Metallica.
O ya, pada 2017, Sickobein yang mulai menggeliat sejak 2009 silam pernah merilis EP bertajuk “Misi Minor” yang berisi enam lagu, kumpulan karya mereka dari periode 2010 hingga 2016. “Namun (kami) tetap fokus mengusung sound distorsi,” seru mereka mempertegas.
Pada akhirnya, diputuskan untuk merilis EP “Ultra Sentimental” ke jagat digital karena mereka merasa sudah waktunya. “Jujur saja, Sickobein tetap menargetkan penjualan CD ‘Ultra Sentimental’ dari awal perilisan pada Maret lalu. Setelah masuk November, barulah dirasa pas merilis ‘Ultra Sentimental’ secara digital.
Tahun depan, Sickobein menargetkan bisa menghasilkan lagu rilisan tunggal terbaru, yang sekaligus diniatkan dilepas bersama sebuah video musik. “Serta ada beberapa rencana di tahun 2022 yang masih belum sempat dikerjakan. Semoga tepat waktu dan pantau terus info terbaru Sickobein melalui media sosial.”
Bagi yang belum sempat memiliki rilisan fisik EP “Ultra Sentimental”, bisa langsung melantangkannya via berbagai platform digital seperti Spotify, Apple Music, Amazon Music dan lainnya. (aug/MK02)
.
.
Leave a Reply