Rock di Indonesia, bisa dibilang pernah mengalami masa keemasannya di era 1980-an hingga akhir 1990-an. Namun ‘saudara muda’nya, yakni metal, perlahan mengambil alih pasar musik keras, lalu berkembang pesat dan mendominasi hingga hari ini.

Flowdyfine, duo penggerak rock asal Magelang, Jawa Tengah melihat fenomena itu sebagai sesuatu yang wajar, karena sebenarnya hal itu berkaitan dengan adanya perputaran tren. Sementara metal, sejak awal kemunculannya terbilang memang sangat terbatas lingkupnya (segmented), walaupun salah satu cabangnya – thrash metal – pernah juga masuk menjadi bagian utama dari industri musik. Namun justru keterbatasan itulah, membuat ikatan batin sesama penggemar musik segmented biasanya menjadi lebih kuat atas dasar kecintaan terhadap musik tersebut.

“Merasa ikut memiliki komunitas tersebut dan bagaikan keluarga untuk menuangkan ekspresi dan kreatifitas. Dari segi lirik juga metal lebih memberikan ruang yang luas untuk menuliskan tema-tema lagu. Kurang lebih seperti itu,” tutur Flowdyfine kepada MUSIKERAS, mengungkap opininya.

Namun bagi vokalis Agung Dhany Prasetyo dan gitaris/vokalis Yusuf Ari Wibowo yang menggerakkan roda Flowdyfine, kenyataan di atas tidak harus menjadi alasan untuk berhenti menggiatkan rock. Terbukti, di tengah kesibukan pekerjaan di luar kegiatan musik, keduanya tetap bersemangat untuk berkarya, menyalurkan ekspresi bermusik dan melahirkan karya rekaman.

Tepatnya, pada 1 Juni 2023 lalu, keduanya telah meluncurkan lagu rilisan tunggal terbarunya yang berjudul “Ajining Diri Soko Lathi”, menyusul dua karya mereka sebelumnya, yaitu “Ibu Pertiwi” (2022) dan “Tak Ada Yang Abadi” (2023). Latar belakang falsafah Jawa menjadi pilihan tema lagu tersebut, dengan lirik yang menceritakan tentang ajakan kepada setiap orang untuk selalu menjaga ucapannya dan menepati janjinya. “Ajining Diri Soko Lathi merupakan nasehat untuk kita, agar selalu menjaga setiap ucapan kita, karena ucapan kita mencerminkan kepribadian kita,” urai Yusuf mengungkapkan filosofi di balik lirik lagu barunya.

Modern rock yang mengedepankan riff-riff gitar tebal, yang dikombinasikan dengan vokal yang garang menjadi corak utama aransemen yang diterapkan di “Ajining Diri Soko Lathi”. Namun demikian, Flowdyfine masih menyelipkan nuansa classic rock, terutama pada aransemen vokal dengan harmonisasi di bagian akhir lagu.

“Kami mencoba mengedepankan modern rock walaupun tanpa sadar nuansa glam rock kadang terbawa saat kami mengomposisi lagu. Hal itu seperti mengalir dengan sendirinya, mungkin saja terbawa oleh latar belakang kami bermain di panggung-panggung classic rock di seputaran Jawa Tengah dan Yogyakarta,” imbuh Yusuf lagi.

.

.

Band-band modern rock semacam Creed, Alter Bridge, Disturbed, Deftones, Incubus hingga Pas Band dan lainnya menjadi materi yang didengarkan Flowdyfine, selain band-band classic rock dan thrash metal tentunya. Berbagai elemen musik tersebut mereka jadikan referensi dan inspirasi untuk menyusun karya dengan gaya mereka sendiri. 

Saat meracik komposisi “Ajining Diri Soko Lathi”, cukup banyak menyita waktu Yusuf dan Dhany, lantaran kerap terhadang kesibukan pekerjaan masing-masing. Prosesnya sendiri terjalin dari jam session yang mereka lakukan plus kord dasar yang sudah terbentuk. Namun dalam penulisan lirik, sempat mengalami beberapa kali perubahan sampai dengan beberapa saat sebelum perekaman vokal dilakukan. Kalimat “Ajining Diri Soko Lathi” pun baru terpikir untuk dimasukkan ke salah satu bagian reff pada saat proses rekaman vokal.

Penggunaan kombinasi bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada lirik menjadi salah satu keunikan tersendiri yang menambah daya tarik lagu tersebut. ”Saya menyukai sesuatu yang unik dan terkadang merasa tertarik untuk menggunakan beberapa bahasa dalam sebuah lagu,” kata Yusuf beralasan.

Sementara dari sisi penataan suara yang dihasilkan dalam proses rekaman sampai dengan mixing dan mastering, mereka mengungkapkan sedikit berbeda dibanding rilisan sebelumnya. Walaupun dikerjakan di studio yang sama, yaitu Blue Zone Studio di Magelang dan juga ditangani oleh peramu teknis suara yang sama, yaitu Adi Pamungkas. Mereka mengungkapkan jika di “Ajining Diri Soko Lathi”, keduanya menginginkan nuansa yang lebih terang, lebih ringan dan easy listening dibanding lagu sebelumnya. Suara gitar dibuat lebih cerah dan terkesan ringan, meskipun dimainkan dengan menerapkan kegarangan suara dari pickup humbucker dan penalaan (tuning) Drop D.

“Untuk teknis rekaman, dilakukan dengan cara track by track, bukan live. Untuk pengisian bass dan dram dibantu additional musician, mas Adi Pamungkas, dulu gitaris (band) Metal Force yang pernah menjadi salah satu finalis Festival Rock VII Log Zhelebour. Gitar, vokal dan backing vocal oleh personel Flowdyfine.”

Sedikit mundur ke belakang, Flowdyfine dibentuk sebagai kelanjutan dari sebuah proyek rekaman untuk lagu “Move On” pada 2019 lalu, yang termuat di album “Magelang Blues Community”. Tak lama setelah proyek tersebut, Yusuf dan Dhany kembali berkolaborasi dan menghasilkan lagu bercorak modern rock bertajuk “Tak Ada Yang Abadi” (2020) menggunakan bendera Yusuf Wibowo feat Dhany : 2020. Saat pandemi Covid-19 mulai mereda, kerja sama tersebut berlanjut dengan mengibarkan nama Flowdyfine yang secara resmi dicetuskan pada September 2022.

“Nama Flowdyfine merupakan gabungan dari kata flow (mengalir) dan fine (baik/indah), dan di tengah-tengahnya ditambahkan inisial nama kami yaitu D (Dhany) dan Y (Yusuf) sehingga jika digabungkan menjadi Flowdyfine. Kami berharap grup ini diberikan kelancaran dan mengalir dengan baik dan indah serta memberikan manfaat bagi yang mendengar karya lagu kami,” beber Dhany meyakinkan.

Lalu, apa pertimbangan utama mereka untuk tetap konsisten dengan format duo?

“Kami berformat duo karena alasan efektifitas koordinasi saja, agar lebih mudah karena sudah saling cocok dalam konsep berkarya. Mengingat kami berdua juga bekerja di luar musik sehingga dengan format duo lebih mudah dalam koordinasi. Untuk kebutuhan live, kami membentuk formasi tim musisi yang kami namakan Flowdyfine on Stage. Dengan format tersebut, kami sudah berpengalaman manggung di Surakarta dalam acara komunitas rock Jateng DIY dan Ketep Summit Festival di Magelang. Alhamdulillah berjalan lancar.” (mdy/MK01)

.

.