Pejuang death metal asal Gianyar, Bali ini kembali menyemburkan bara lewat karya lagu rekaman terbarunya yang bertajuk “Black Martyr”. Sebuah rilisan tunggal yang menceritakan perjalanan seseorang yang ingin membungkam dan membalaskan dendam terhadap kumpulan manusia yang munafik, bahkan menganggap orang lain seperti sampah dan hina jika orang lain tersebut berbeda dengan yang distandarkan oleh kumpulan manusia tersebut.

“Black Martyr” sendiri melanjutkan kebengisan yang telah dilampiaskan Erupsy di album “Kamu Muak”, rilisan 2021 lalu. Namun menurut band bentukan Januari 2014 silam yang kini digerakkan barisan Ida Bagus Ananda Adi Swabawa (dram), I Kadek Sudiana (bass), I Ketut Ari Saputra (gitar), I Gusti Bagus Alit Widiarta (gitar) dan Gede Kencana (vokal) ini, ada sedikit perbedaan ramuan di rilisan terbaru. Khususnya di lini racikan karakter sound, konsep dan tema musik.

“Menurut kami, nuansa death metal di ‘Black Martyr’ lebih simpel,” cetus pihak Erupsy kepada MUSIKERAS, mengungkap konsepnya. “Ada campuran old-school, ditambah bumbu-bumbu melodik pemanis yang masih bisa didengar atau dipahami orang, dengan tambahan beatdown yang menurut kami cocok untuk mengisi aransemen, dan (lantas) kami balut lagi dengan sound modern seperti jaman sekarang. Karena kami juga ingin menyuguhkan death metal yang setidaknya masih bisa didengar dari kalangan tua sampai muda.”

Namun jika ditanya soal acuan musik yang kini mereka jadikan referensi dalam peracikan komposisi, aransemen maupun soundnya, para personel Erupsy mengaku agak bingung. Karena setiap personel masing-masing membawa referensinya dalam proses penggodokan “Black Martyr”.

.

.

“Ada yang suka Pantera, Slayer, Metallica, Behemoth, Whitechapel, The Black Dahlia Murder, Thy Art Is Murder hingga Through The Eyes Of The Dead. Tapi yang jadi acuannya adalah bagaimana kami bisa menyatukan referensi musik kami masing-masing hingga menjadi musik yang kami inginkan.”

Butuh waktu sekitar tiga bulanan bagi Erupsy untuk mengeksekusi produksi “Erupsy”. Sedikit terkendala teknis lantaran mereka harus membagi waktu antara pekerjaan dengan jadwal untuk rekaman, dan ada beberapa hasil rekaman seperti gitar yang sudah rampung direkam, namun harus direkam ulang kembali karena saat itu tidak sesuai dengan karakter yang mereka inginkan.

“Padahal rencananya kami ingin proses rekaman sudah rambung dalam satu bulan, mengingat materi ‘Black Martyr’ ini sudah kami buat sejak awal 2022. Namun seperti yang kami katakan tadi, kami terkendala oleh pembagian waktu pekerjaan. Proses rekaman sendiri kami lakukan terpisah. Untuk rekaman dram dan vokal kami lakukan di Rock The Beat, salah satu studio milik dramer Scared Of Bums, band indie Bali. Dan rekaman gitar maupun bass kami lakukan di studio rumahan milik salah satu gitaris kami.”

Usai “Black Martyr”, ada rencana ke depan Erupsy untuk segera menggodok produksi materi-materi lagu berikutnya, yang ditargetkan mengarah ke album kedua. Tapi sejauh ini, proses konsep dan materinya masih berjalan sekitar 50 – 60% karena belum sepenuhnya matang. Paralel dengan persiapan tersebut, dalam waktu dekat ini Erupsy juga bakal menyiapkan amunisi lagu rilisan tunggal kedua yang mereka janjikan kemungkinan bakal lebih galak, lebih ganas, lebih ‘berdarah’ dibanding “Black Martyr”.

Tapi sebelumnya, dengarkan “Black Martyr” sebagai pemanasan, yang sudah bisa diakses melalui berbagai kanal digital streaming seperti Spotify, Apple Music, Amazon Music, Deezer, Joox, TikTok hingga YouTube Music. (mdy/MK01)

.

.