Dino Jelusić atau yang kini lebih dikenal dengan penulisan Dino Jelusick, baru benar-benar mendapat perhatian dunia secara luas ketika ia direkrut sebagai vokalis latar, sekaligus memainkan kibord di formasi panggung band rock legendaris, Whitesnake pada 2021 lalu. Tapi reputasi itu sendiri, sebelumnya sudah ia bangun di band Animal Drive, Trans-Siberian Orchestra serta beberapa proyek rekaman.
Kini, di luar kesibukan Dino Jelusick terlibat di beberapa band (termasuk Whom Gods Destroy, band baru yang antara lain juga diperkuat gitaris Ron ‘Bumblefoot’ Thal serta kibordis Derek Sherenian), ia lantas membentuk band baru yang menggunakan nama belakangnya, Jelusick. Di sini, Dino ditemani gitaris Ivan Keller, bassis Luka Brodaric serta dramer Mario Lepoglavec.
Pada September 2023 lalu, Dino Jelusick dan bandnya sudah meluncurkan album debut yang bertajuk “Follow the Blind Man”. Dan kini untuk memaksimalkan promosinya, Jelusick kembali menghadirkan video klip dari salah satu lagunya, yang berjudul “Died” pada 6 Januari 2024 lalu.
“Dengan dirilisnya single dan video klip, kami ingin menunjukkan eksistensi kami pada dunia. Tujuan kami adalah untuk membuat musik dan menyampaikannya kepada publik dengan cara yang elegan. Umumnya, label musik hanya akan merilis tiga lagu di awal sebelum album dirilis ke publik. Tapi kami tidak mau begitu. Karena jika itu dilakukan, delapan lagu sisanya tidak begitu mendapat perhatian publik. Jadi, kami tidak peduli bahwa setelah album dirilis, penayangan setiap video klip akan lebih sedikit diperhatikan dibandingkan sebelum album dirilis. Kami melihat hal ini sebagai ‘harta karun’ yang kami tinggalkan untuk penggemar kami,” ujar Jelusick menegaskan.
Selain “Died” (tonton video musiknya di sini), dari album debut tersebut, Jelusick juga sudah mempertontonkan visualisasi lagu “The Great Divide”, “Fly High Again”, “Chaos Master”, “Acid Rain” dan “Healer”.
Dino Jelusick mengungkapkan keinginannya untuk melakukan tur bersama bandnya itu, dan salah satunya kembali mengunjungi Indonesia. Sebelumnya, Dino sendiri sudah pernah tampil di beberapa pementasan bersama Dewa 19 All Stars tahun lalu. Ia merasa, momen tersebut telah membuka kesempatan baginya untuk menjajal potensi pasar di Indonesia lebih jauh.
“Hal yang ingin kami lakukan adalah bermain di Indonesia dan menunjukkan musik dan aksi panggung kami pada publik Indonesia. Kami bukan band K-Pop dan juga bukan band pop. Kami adalah band hard/heavy/progresif metal dengan iringan musik bernuansa melodius. Kami harap pecinta musik di Indonesia menyukai apa yang akan kami suguhkan,” ujarnya berharap.
Bincang-bincang tentang Dino Jelusick, kami tertarik mencoba mengira-ngira seperti apa sebenarnya lingkup musikal yang tertanam di dirinya, lewat karakter musik serta vokal yang ia sukai. Kami pun meminta vokalis berdarah Kroasia tersebut berandai-andai, jika misalnya menjadi orang yang menyanyikan atau mempopularkan sebuah lagu untuk pertama kalinya, lagu apakah yang ia inginkan?
Ternyata jawabannya cukup variatif. Berikut lima lagu yang ia berikan kepada MUSIKERAS. Tapi sayangnya, Dino tidak menjelaskan alasan mengapa memilih lagu-lagu tersebut. Pokoknya, ia menegaskan menyukai semuanya, namun tidak suka menganalisis lagu atau musiknya.
“Who Wants to Live Forever” (Queen)
Lagu rock balada yang menyayat ini termuat di album “A Kind of Magic” yang dirilis Queen via label EMI pada 2 Juni 1986. Ditulis oleh gitaris Brian May, dengan balutan orkestrasi dari komposer Michael Kamen, dibuat berdasarkan sebuah adegan mengharukan di film aksi fantasi “Highlander” (1986) yang diperankan oleh aktor Christopher Lambert. Untuk versi yang digunakan di film, seluruh vokal dieksekusi oleh Freddie Mercury, sementara untuk versi album ada beberapa bagian yang disuarakan oleh Brian May.
“Home of the Brave” (TOTO)
Menurut gitaris Steve ‘Luke’ Lukather, lagu ini merupakan salah satu komposisi yang disukai para penggemar garis keras TOTO dari album “Seventh One” (1988). Ditulis oleh Luke bersama dua rekannya di band, yakni David Paich dan Joseph Williams serta penulis lagu yang pernah memenangkan penghargaan Grammy, Jimmy Webb. Lagu ini sendiri didedikasikan kepada para pasukan militer Amerika Serikat, tentang pentingnya kontribusi mereka.
“Judgement Day” (Van Halen)
Lagu enerjik bertempo cepat ini merupakan salah satu peluru dari “For Unlawful Carnal Knowledge”, album yang berhasil memenangkan trofi Grammy Awards untuk kategori “Best Hard Rock Performance” (1991). Salah satu karya terbaik Van Halen saat diperkuat formasi Sammy Hagar, Eddie Van Halen, Michael Anthony dan Alex Van Halen.
“How You Gonna See Me Now” (Alice Cooper)
Dirilis pada Desember 1978 silam, dan menjadi salah satu lagu tersukses dari penyanyi rock yang disebut-sebut sebagai pionir paham shock rock dunia. Digarap bersama produser elit David Foster dan melibatkan Bernie Taupin, partner setia penyanyi Elton John dalam penulisan lagu-lagu suksesnya. Namun walau lagu dari album “From the Inside” tersebut terbilang sukses, namun sejak 1980 tak pernah lagi dibawakan Alice Cooper di panggung.
“Child in Time” (Deep Purple)
Salah satu komposisi epik karya band rock legendaris Deep Purple yang berdurasi lebih dari 10 menit. Termuat di album “Deep Purple in Rock” (1970), dan mengombinasikan kemampuan teknikal terbaik setiap personel band tersebut, khususnya di ‘jual-beli’ solo antara Ritchie Blackmore dan Jon Lord, serta lengkingan fenomenal vokal Ian Gillan. Ian mengakui, “Child in Time” selalu menantang dalam hal pengeksekusian vokalnya. Seperti bukan sebuah lagu, melainkan lebih terasa seperti sebuah kompetisi olahraga. (mdy/MK02)
Kredit foto: Josip Markovic.
Leave a Reply