Danger Stranger telah memperkenalkan karya lagu pertamanya, berjudul “Tuan Berhala”. Bukan sembarang karya, karena menurut mereka, lagu tersebut punya muatan lirik yang berani dan nyata.
Secara umum, “Tuan Berhala” bercerita tentang pengulangan ulah penguasa yang dibenci sebagian banyak orang dari masa ke masa. Namun bagi siapa saja yang mencoba membenci penguasa, siap-siap berpotensi akan jadi musuh bersama.
Di dalam liriknya, Danger Stranger mengingatkan bahwa sejarah telah membuktikan, kapan pun dan di mana pun, kekuasaan yang tak terkendali mengakibatkan kemerosotan peradaban. Dari masa ke masa, segala rekayasa terhadap kebenaran selalu dilakukan oleh pemegang otoritas demi menjaga dominasinya.
Lirik yang ‘pedas’ lantas dipanaskan oleh racikan hard rock yang dikemas bertempo cepat dan modern. Memadukan dentuman dram membahana, raungan bass parau, hingga distorsi gitar yang menyambar-nyambar, menjadi fondasi krusial dalam kekuatan aransemen Danger Stranger.
“Sejak awal, paling dekat bisa kami sebut Velvet Revolver, Skid Row, Mötley Crüe (era John Corabi) yang jadi beberapa acuan Danger Stranger saat meramu karya,” ucap gitaris Tomo Widayat, mempertegas.
Dalam mendeskripsikan konsep hard rock yang diterapkan Tomo, kibordis Rahadhita Arumtaka, bassis Agib Tanjung, dramer Bagoes Kresnawan, gitaris Fendee Perdana serta vokalis Tommy Dharma (vokal), beberapa acuan tadi lantas dilebur bersama gaya permainan mereka masing-masing.
“Leburan sound distorsi gitar yang tebal, heavy riffs dan beat yang groovy ditambah ornamen synthesizer sebagai penambah cita rasa modern. Kalau untuk relevansi dengan musik keras era sekarang, kami mencoba menghadirkan kualitas rekaman yang modern supaya terkesan tak terlalu jadul. Juga di fashion image kami mencoba tampil kekinian, karena nggak ada yang gondrong dan nggak semua kurus,” beber pihak band lagi kepada MUSIKERAS, meyakinkan.
Proses kreatif peracikan “Tuan Berhala” sendiri berawal dari demo kasar tanpa lirik dari Tomo. Saat itu belum ada rencana akan dijadikan seperti apa. Hanya sebatas sebagai stok lagu saja. “Kemudian setelah kami berenam sepakat membentuk band, kemudian demo itu diperdengarkan dan ternyata semua suka. Lalu di departemen lirik ditulis oleh Arumtaka dan disempurnakan oleh Fendee dan Tomo.”
Eksekusi penggarapan rekaman “Tuan Berhala” dilakukan di Neverland Studio oleh Tutoet Daru dan Ardha Buzzbanditz. Lalu untuk perekaman instrumen bass, gitar, kibor, vokal dikerjakan di Kebontomo Studio. Lanjut ke pemolesan mixing dan mastering dipercayakan kepada Hero Aditya. Dan sebagai pelengkap, mereka juga melibatkan Satriya Anggun untuk artwork serta Danang Catur untuk perancangan logo band.
Sejak 5 Juli 2024, “Tuan Berhala” telah tersaji di gerai-gerai musik digital. Sementara untuk format visualnya yang digarap oleh Gas.Id, sudah bisa ditonton di kanal YouTube Tancap Gas Records.

Wajah Lama
Klaim supergrup terhadap Danger Stranger bukan tanpa alasan, karena semua personelnya sah disebut sebagai ‘wajah-wajah lama’ musisi Yogyakarta yang masih bertahan menjaga musikalitas mereka sejak puluhan tahun silam. Mereka juga semua masih aktif di band masing-masing. Hubungan pertemanan yang sudah kental menjadi alasan kuat untuk ‘bersekongkol’ mendirikan Danger Stranger pada awal Maret 2024. Komitmen mereka serupa, istikamah berkarya adalah cara terbaik agar tetap menyala.
“Lalu kami pun saat itu berpikir harus punya monumen berupa karya yang bisa dikenang kemudian hari, dan untuk menggairahkan musik rock harus selalu ada regenerasi karya baru, jangan berkutat pada nostalgia masa lalu melulu. Maka jadilah, Danger Stranger.”
Usai perilisan “Tuan Berhala”, kini Danger Stranger sudah menyiapkan karya rekaman rilisan tunggal kedua, yang mereka klaim lebih ciamik dibanding “Tuan Berhala”.
“Proses sudah berjalan. Kalau untuk EP atau album itu memang sudah cita-cita kami berenam. Tapi paling cepat kalau mau direalisasikan ya kemungkinan akhir tahun. Jadi untuk rilis berikutnya, single lagi, EP, atau malah album. Ya surprise!” (aug/MK02)
Leave a Reply