Mendekati jadwal perilisan album mini (EP) terbarunya, Kultus melepas nomor tunggal pembuka, berjudul “Doomnation” pada 20 September 2024 lalu.
Tapi berbeda dibanding album debut mereka, “To You My Lord, Hell Awaits” (2022) yang mengangkat tema fantasi kehancuran dan filosofi api, kini Kultus yang dikibarkan dari kawasan Ciledug, Tangerang sejak pertengahan 2018 lebih mengedepankan tema yang dekat dan faktual dengan kehidupan.
“Doomnation” berangkat dari keresahan akan negara yang berada di ambang kehancuran—perang, ketidakadilan, korupsi, kepemimpinan yang bobrok, serta pemuka agama palsu.
Diracik dengan memainkan kata doom dan nation, Kultus yang dihuni formasi vokalis Dimas Anggara, gitaris Ganis Ilman, bassis Audinanto Alif serta dramer Nalendra Samudro mencoba meramu tema mengenai peradaban negara yang saling menghancurkan.
“Doomnation” bukan hanya sebuah lagu; tetapi manifesto deskriptif atas runtuhnya peradaban modern akibat konflik internal dan eksternal yang kerap terjadi.
Sebut saja genosida di Palestina dan redupnya demokrasi; peristiwa-peristiwa yang akhir-akhir ini menyita perhatian publik. Ini hanya bongkahan kecil dari masifnya ketimpangan atas relasi kuasa yang terjadi di banyak negara di dunia.
Tentu peristiwa-peristiwa itu bukan hal yang baru, tetapi kerap terjadi dan dengan kemajuan media sosial menjadi terlihat masif dan transparan. “Doomnation”, diharapkan menjadi pengingat bagi para pendengar untuk tidak menutup mata dengan segala peristiwa yang terjadi dan tidak tunduk pada penindasan.
Menyesakkan Dada
Di “Doomnation”, Kultus membuktikan kreativitas musikalnya dengan memadukan elemen-elemen dari berbagai subgenre seperti stoner-sludge, black metal dan death metal, tanpa mengesampingkan riff-riff berat dan nuansa atmospheric serta kombinasi vokal yang penuh amarah dengan harmoni vokal pada bagian reff. Tapi esensinya tetap tidak melenceng dari musik doom yang menyesakkan dada saat didengarkan.
Namun jika membandingkannya dengan album “To You My Lord, Hell Awaits”, secara musikal Kultus mengakui kali ini cenderung mengeksplorasi pendekatan yang berbeda terhadap musik ekstrim. Mereka ingin jangkauannya lebih luas seperti black metal atau death metal. Tapi tanpa mengesampingkan doom sebagai core atau esensi dari musik Kultus, yang sedikit banyak mereka serap dari band-band mancanegara macam Watain, Entombed, Bolt Thrower dan band-band sejenis.
Eksplorasi musikalnya lebih variatif, dan bisa dibilang cukup memberontak dari aliran doom metal klasik yang berat, lambat, dan berdurasi panjang.
“Berbeda dengan album ‘To You My Lord Hell Awaits’ yang lebih terasa raw dan ‘arkais’, approach sound di single ‘Doomnation’ ini terkesan lebih ‘matang’ dengan menggabungkan elemen digital dan analog pada saat rekaman sehingga membuatnya terdengar lebih kompleks,” urai pihak Kultus kepada MUSIKERAS, menegaskan konsep terkininya.
Namun demikian, benang merah apocalyptic doom metal yang menjadi paham utama Kultus. Khususnya di tema-tema lirik yang dirapalkan. Menurut mereka, tema besar apocalyptic atau kiamat selalu dibicarakan dalam ruang-ruang yang serius seperti sains, lingkungan, budaya, dan bahkan agama, terlebih ke ruang-ruang yang lebih umum seperti sastra, karya fiksi, film dan sebagainya.
“Jadi memang ketertarikan terhadap kiamat atau post-kiamat sudah sangat alamiah dan dekat dengan kami yang mengadopsi nilai-nilai keTimuran.”
Doom sebagai musiknya, lanjut Kultus lagi, adalah bagaimana mereka mengemas tema kiamat tersebut ke dalam sebuah karya yang gelap, mengerikan, tetapi tetap relevan.
“Karena we are always on the brink of apocalypse. Selain itu, kami juga bisa mengemas hal-hal yang bersifat ‘kiamat kecil’ seperti perang, tragedi, pelecehan seksual, bencana, atau bahkan kejadian yang personal dan dekat dengan kehidupan sehari-hari pun menjadi bagian dari tema besar apocalyptic doom yang Kultus angkat.”
Bahtera Baru
Walaupun formasi kuartet Kultus saat ini sudah dipatenkan semenjak perilisan “To You My Lord, Hell Awaits”, namun “Doomnation” menjadi milestone yang penting bagi mereka. Lagu itu menjadi materi pertama yang ditulis dan direkam dengan dinamika yang dihasilkan oleh para personelnya. Dengan formasi ini, Kultus mencoba berbagai kemungkinan dan eksplorasi baru untuk kerap menyajikan kegelapan bagi para pendengarnya.
Proses rekaman “Doomnation” sendiri kembali dilakukan di Noise Lab Studio, Jakarta, dan mempercayakan Auliya Akbar (Amerta) untuk urusan teknis penataan suara. Lalu untuk mempertajam atmosfer mencekam yang ditawarkan dalam lagu ini, Kultus melibatkan Rizky Indrayadi (Grisly Mother Costume) untuk mengisi lini synthesizer dan sampling.
“Doomnation” sudah tersedia dan bisa didengarkan di semua digital streaming platform dan merupakan bagian dari empat materi lainnya yang dirampung dalam EP yang akan dirilis via label Lawless Jakarta Records dalam waktu dekat.
Jadi selain “Doomnation”, EP tersebut juga bakal beramuniskan tiga lagu baru; dimana salah satu lagu menghadirkan kolaborator yang dikagumi Kultus, dan satu lagu daur ulang (cover) sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada sahabat mereka yang berpulang pada 2022 silam.
“Pengerjaannya sejauh ini sudah masuk ke tahap post produksi seperti replikasi, pembuatan cover dan lain-lain. EP ini juga bertindak sebagai genderang menuju bahtera baru Kultus dengan formasi saat ini.” (mdy/MK01)
Leave a Reply