Terlepas sedang nge-trend atau tidak, genre musik apapun diyakini memiliki pasarnya masing-masing. Tanpa terkecuali alternative rock yang pernah menginvasi dunia selama dekade 1990an. Bahkan residu kejayaannya terus eksis melalui regenerasi pengusungnya, seperti HeadFirst ini.
Band alternative rock yang terbentuk pada 2020 di Boston, Massachussetts, AS (Amerika Serikat) ini cukup menyita perhatian MUSIKERAS karena karya-karyanya yang telah dirilis di digital streaming platform (DSP).
HeadFirst tercatat telah memiliki album penuh, “I Believe” (2021), album mini (EP) “The Villain” (2024) dan beberapa rilisan tunggal. Termasuk yang terbaru, “Ambrosia”.
Formasi terkini HeadFirst sendiri dihuni oleh dramer asli orang Indonesia, Bima Wirayudha dan dua rekannya, Siraj Husainy (bass), Coby Conrad (vokal/gitar) yang berkebangsaan asing. Semuanya berdomisili di Boston.
“Memang kami bertiga dari dulu suka dengerin lagu yang sama dan kami bisa melihat visi dan misi kami di genre alternative rock. Kalau dibandingkan mini album dan album pertama kami, itu secara visi dan misi sudah beda banget. Dan kami juga berusaha, bagaimana caranya supaya lagu-lagu yang kami buat berbeda dari yang lain, meskipun saingannya banyak. Kami mencari karakter dan ciri khas kami masing-masing. Pasarnya di sini memang selalu ada dan nggak pernah mati,” ungkap Bima, lewat obrolan ekskklusifnya dengan MUSIKERAS, Minggu (28/10) malam lalu.
Power Trio
HeadFirst terbentuk saat semua personelnya sama-sama kuliah di Berklee College of Music di Boston. Sebelum formasi bertiga atau lebih dikenal dengan istilah ‘power trio’ seperti sekarang, HeadFirst sempat mengalami tiga kali perubahan formasi band.
Pada 2021, HeadFirst dihuni Bima, Siraj Husainy, Coby Conrad, Shawn Gaskill dan Andru Wilson, yang merekam album pertama, “I Believe”. Karya yang dirilis di tahun itu juga tergolong sebagai album yang menurut para personelnya kurang memuaskan dengan beberapa alasan. Sehingga dari situ, dua personelnya yakni Shawn Gaskill dan Andru Wilson menyatakan keluar.
“Dengan keluarnya dua member, terbentuklah HeadFirst dengan formasi ‘power trio’ ini,” ujar Bima menegaskan.
Bima kemudian mengungkapkan perbedaan yang dirasakan antara saat HeadFirst berjalan dengan formasi berlima dan bertiga seperti sekarang. Ia mengakui, mereka melakukan transisi yang cukup sulit.
“Dulu kami punya vokalis, sekarang tidak punya dan dulu kami punya lead guitarist, sekarang nggak. Tapi itu juga nggak perlu waktu lama sih, cukup latihan saja. Sekarang untuk urusan dalam penulisan lagu, kami menjadi lebih gampang dalam menulis lagu karena setiap kami menulis lagu, otak kami memang betulan menjadi satu, nggak seperti selama saat formasi berlima. Dan yang paling sulit itu bagaimana caranya kami kalau tampil live itu seperti lima orang yang tampil dan harus diperagakan dengan kami yang ber-power trio”.
HeadFirst dipilih sebagai moniker band juga memiliki filosofi tersendiri. “Mungkin untuk filosofi dalam bermusik kami ingin lagu kami nggak cuma dikenal tapi bisa didengarkan di jangka waktu yang panjang dengan maksud meskipun trendnya beda tapi orang masih bisa menikmati lagunya tersebut,” ujar Bima.
Berklee College of Music
Di Berklee College of Music, Bima Wirayudha mengambil jurusan Music Business and Management, sedangkan Coby Conrad di jurusan Music Business and Management dan Siraj Husainy, satu-satu ‘original member’ dan ‘founder’ band ini mengambil jurusan Song Writing.
Melihat latar belakang akademik mereka, tidak heran jika lagu-lagu mereka tereksekusi secara maksimal. Meski HeadFirst masih terbilang ‘hijau’ di skena musik indie AS, gabungan disiplin ilmu yang dimiliki masing-masing personel, mereka memiliki ‘amunisi’ yang lebih dari cukup untuk bertempur di medan perang bernama industri musik.
Selama di AS, HeadFirst sejauh ini lebih sering tampil di gigs pesta rumahan dan kampus yang selalu berkesan bagi Bima dan kedua rekannya.
“Mungkin karena aku yang dari Indonesia terus tampil di AS bagiku selalu berkesan sih. Tapi mungkin yang paling berkesan bagiku waktu tampil di house shows, which itu basically kami main di basement rumah orang. Itu sempat rusuh dan memang benar penontonnya berantem saat kami main. Mungkin karena kami juga yang terlalu energetik jadi memang jadinya rusuh, hahaha, kidding. Selain itu saat kami main di Red Room di kampus Berklee. Wah itu pertama kali kami merasakan main di panggung yang benar, ada PA system dan kami bisa saling mendengarkan di monitor panggung. Dan itu ruangannya terisi 50 orang penuh,” ungkap Bima mengenang.
Album Baru
HeadFirst telah menyiapkan materi album baru mendatangnya yang diberi judul “Modern Role Models”. Kepada MUSIKERAS, Bima memberikan bocoran.
“Album baru nanti akan berisi 11 lagu dan mungkin lagu pertama yang kami rilis berjudul ‘Marijuana’. Lagu itu merupakan salah satu lagu favorit kami bertiga, karena memang lagu itu memberikan atmosfer dan energi yang nggak pernah kami berikan ke pendengar kami. Semoga album baru kami bisa dirilis pada awal 2025. Amiin”.
Bima juga turut membeberkan proses kreatif dari penulisan lagu hingga rekaman album baru tersebut. Seperti band umumnya, mereka juga memulainya dengan proses jamming, dan lama-kelamaan terbentuk sendiri arah lagunya.
“Paling yang bikin lama itu memikirkan struktur lagunya karena kami mau dinamika lagunya itu dari terbawa sedikit demi sedikit naik sampai ke titik puncak lagunya tersebut.”
Untuk proses rekaman album, mereka mengerjakannya di studio Q Division, dengan bantuan Matthew Ellard sebagai produser sekaligus engineer. Matthew sendiri merupakan produser yang pernah memproduksi nama-nama besar seperti Motorhead, Weezer dan Radiohead.
“Kami sangat beruntung karena diberi kesempatan oleh beliau untuk memproduksi album kedua kami.”
Sementara di departemen lirik, menurut Bima, lirik lagu dalam album mendatang lebih banyak tentang apa yang mereka rasakan selama bermain musik seperti senang, sedih, depresi, dan lain-lain. “Karena album ini seperti cerita kehidupan kami dari kecil hingga sekarang. Apa yang kami lihat dan kami rasakan itu semua dilemparkan ke album ini”.
Selain akan tersedia di semua DSP, HeadFirst juga telah mengantongi rencana untuk merilis video musik untuk lagu rilisan tunggal pertama dari album tersebut, di YouTube.
“Dan yang pasti kami bakal manggung terus. Pengen banget aku bawa bandku ke Indonesia, karena ada rasa bahagia sendiri ketika punya band di Amrik yang mostly isi member orang Amrik dan aku sendiri yang orang Indonesia”.
Video musik “Ambrosia” sendiri bisa disaksikan di kanal YouTube. (Bimo D. Samyayogi/MK02)