Vermins sebenarnya mengakui terinspirasi dari band-band metal mancanegara seperti Meshuggah, Converge, Botch, Norma Jean, Despised Icon, Knocked Loose, vein.fm hingga Chamber.

Dari merekalah, yang sedikit banyak mempengaruhi proses penggarapan lagu rilisan tunggal pertama mereka, “Unforgiven” yang dilepasliarkan pada 21 Oktober 2021 lalu.

Tapi kini, unit hardcore/metal asal Bali yang terbentuk pada Januari 2021 lalu ini ingin lebih jujur dalam berkarya. Di karya lagu rekaman terbarunya, “Mangled and Torn”, mereka ingin lepas dari bayang-bayang band panutan tadi.

Tapi tetap dengan gaya bermusik yang memadukan unsur-unsur metal seperti metalcore, death metal dan hardcore. 

“Dalam menggarap single ini, kami memerlukan waktu cukup lama dikarenakan kami tidak memakai patokan sound band luar. Kami hanya eksplor dan eksplor, merangkum ide-ide dari semua personel, mencari tone lagu yang pas,” urai pihak Vermins kepada MUSIKERAS meyakinkan. 

Demi mewujudkan tekad itu, vokalis Ida Bagus Satya Wibawa Manuaba (Gustu Satya), gitaris Ida Bagus Agung Kristria Putra (Gustri) dan Dewa Prada Abijana (Prada), bassis I Komang Wahyu Subagia (Wahyu) serta dramer I Komang Agus Batiasta (Jerry) pun menghadapi sejumlah tantangan.

Saat rekaman, mereka mengakui cukup kesulitan mengeksekusi beberapa bagian. Yang tersulit ada di peracikan vokal. Gustu Satya ingin, vokalnya di lagu ini lebih jujur. Tidak memaksakan agar seperti band ini atau band itu.

“Jadi pada vokal cukup memakan waktu lama. Untuk instrumen pun kami menghabiskan waktu cukup lama untuk mencari tone untuk gitar, bass, drum.” 

Dari segi teknis musikal, para personel Vermins juga sempat tersendat di peracikan intro “Mangled and Torn”. Karena isian lead dan ritem untuk gitar pada intro tersebut sedikit berlawanan dan membingungkan mereka.

vermins

Karena melakukan eksplorasi mandiri tanpa berusaha mencari patokan, membuat komposisi serta aransemen “Mangled and Torn” pun berbeda dibanding “Unforgiven”.

“Tone semua instrumen, atau bisa dibilang tone lagu dan karakter vokal (berbeda). Dulu kami memaksakan harus seperti band influence kami. Sekarang kami lebih jujur pada diri kami sendiri!” 

“Mangled and Torn” sendiri direkam Vermins di studio Rock the Beat di Denpasar, Bali. Sementara untuk pemolesan mixing dan mastering dipercayakan kepada Mozz Project (Muhammad Zain). 

Gustu Satya sebagai penulis lirik menceritakan bagaimana susahnya keluar dari zona nyaman di “Mangled and Torn”. Ia menganggap zona nyaman menjadi siksaan stagnasi yang tak henti-hentinya.

Tempat perlindungan yang berubah menjadi penjara, dimana setiap upaya pembebasan terasa seperti merobek luka lama. Tidak ada cahaya, tidak ada kedamaian, hanya keheningan yang menyesakkan dari keberadaan yang hancur. 

Usai perilisan “Mangled and Torn”, Vermins merencanakan untuk mengeluarkan satu lagu lepas lagi, sebelum mulai fokus merampungkan album atau EP. 

Pasalnya, salah satu kendala teknis yang mereka hadapi adalah manajemen waktu untuk berkumpul dan berkarya, mengingat para personelnya dominan bekerja di bidang pariwisata.

“Mangled and Torn” sudah bisa didengarkan di berbagai platform digital sejak 31 Desember 2024 lalu. (mdy/MK01)