Satu lagi unit hardcore-punk menambah gemuruh skena ‘bawah tanah’ di Indonesia lewat album rekaman. Frack, yang dibentuk pada akhir 2015 oleh sekumpulan pemuda asal Jakarta, Bogor dan Bekasi, yakni Bayu (bass), Dendy (vokal), Indra (gitar) dan Kamal (dram), baru-baru ini telah merilis album pendek pertama bertajuk “Beyond Reality” via Trueside Records dalam format kaset.

Frack sendiri mengibarkan musik hardcore punk ’80-an yang diperkuat aransemen musik yang padat. Inspirasi musikal mereka, yang mendominasi ide-ide di “Beyond Reality” kebanyakan mengacu pada band-band yang mereka kagumi seperti Beyond, Bad Brains, Gorilla Biscuits, Outburst, dan lain-lain.

Tema lirik “Beyond Reality” sendiri berbicara mengenai kemarahan akan kebijakan pemerintah, juga intrik problema kancah musik hardcore punk yang tidak pernah berakhir. Saat menjalani proses penggarapan album ini, Frack melibatkan Dodie Sadath (United Blood/Brave Heart) yang bertindak sebagai produser. Dodie terbilang lumayan banyak memberi masukan obyektif tanpa mengganggu proses kreatif dari para personel Frack. Selain itu, juga ada uluran tangan dari Andry ‘Joe’ Novaliano dari grup grindcore Terapi Urine untuk mengeksekusi mixing dan mastering.

Eksperimen, adalah salah satu pengalaman berkesan bagi para personel Frack saat menjalani proses penggarapan “Beyond Reality”. Mereka melakukan banyak eksperimen di berbagai aspek, termasuk merekam seluruh instrumen (dram, bass, gitar) di Masterplan Studio, Bandung untuk mencari sound yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Berbagai teknik merekam pun diulik di sana. Sementara khusus untuk vokal, Frack merekamnya di Baks Studio,  Jakarta.

“Proses rekaman album ini sangat berkesan karena kami mencoba bereksperimen untuk merekam semua instrumen jauh dari kota asal dan zona aman kami,” ungkap Indra kepada MUSIKERAS. “(Karena) Sudah sejak lama kami mendengar kualitas dari studio rekaman ini. Alasan klise dari setiap band yaitu keterbatasan biaya, karena tidak sedikit uang yang dikeluarkan untuk memproduksi sebuah album dari membayar setiap shift rekaman, serta biaya mixing dan mastering. Dengan keterbatasan ini, kami mengakali agar rekaman instrumen ini bisa sesuai dengan apa yang kami harapkan. Misalnya alat-alat yang akan kami pakai untuk rekaman, simbal dan snare yang dipakai, amplifier bass dan gitar yang dipakai, mikrofon serta teknik mic-ing hingga efisiensi waktu pada saat merekam.”

Pada 11 Februari mendatang, Frack siap menyelenggarakan pesta peluncuran album “Beyond Reality” di Rossi Musik Fatmawati, Jakarta. Selain tentu saja ada penampilan dari Frack sendiri, acara ini juga bakal diramaikan oleh Brave Heart, In Our Hands, Feel The Burn, Straight Faced, Struggle of Youth, World Peace, Final Attack, Take One Step, Straight on View dan A Thousand Punches. Biaya tiket pesta peluncuran album tersebut dipatok di angka Rp 20 ribu atau Rp 35 ribu dengan bonus album. “Beyond Reality” sendiri dirilis dalam jumlah terbatas dan sudah dapat dibeli lewat Trueside Jakarta seharga Rp 35 ribu.

Oh ya, lalu dari mana asal nama Frack? Ini jawaban Indra: “Nama itu merupakan kata lain dari ‘fuck’, dipilih atas dasar, kami mencari satu nama yang catchy, straight forward, mudah diingat dan merepresentasikan musik yang kami mainkan.”  (Mdy)