“JAKARTA ROCKULTURE” Menapaktilas Keseruan Skena Rock/Metal Era ‘80an

Musik rock di Jakarta telah menciptakan skena (scene). Sejak era ‘70an hingga menjelang akhir ’80an, remaja di kota metropolitan ini didera demam musik keras yang disebut thrash metal. Sebuah peningkatan gaya bermusik yang dianggap lebih ekstrim dibandingkan heavy metal. Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura yang merupakan produk impor dari belahan dunia barat lantas menjadi panutan, menjadi cikal bakal terbentuknya skena musik rock yang terinspirasi genre tersebut. Komunitas ‘anak metal’ teridentifikasi biasa nongkrong di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Selain itu, mereka juga menyebar di kantong-kantong komunitas pecinta rock dan metal seperti Manari, Poster Cafe, Black Hole, dan banyak lagi, yang berfungsi tidak hanya sebagai tempat menyaksikan penampilan live dari band-band lokal, tapi juga untuk bertukar informasi dan jual-beli t-shirt rock dan metal.

Nah, keseruan ‘kultur’ era itulah yang ingin ’dibangkitkan’ kembali oleh Sacca Production, yang bakal menggelar “Jakarta Rockulture: The Headbanger Years”, sebuah festival musik rock dan metal yang pelaksanaannya akan mengintegrasikan suguhan musik keras dengan music marketplace, bazaar dan music cosplay hingga showcase memorabilia. Jika tak ada kendala, event tersebut bakal digelar pada 1 April 2017 mendatang di Hall L3 & L4 Kuningan City Mall, Jakarta.

Band-band yang akan menghajar panggung hari itu adalah Deadsquad, Koil, Seringai, Noxa, Getah, SYL, Oracle, Arrowguns, Divine, Cosmic Vortex serta sebuah band kejutan. Sebagian besar personel band-band penampil tersebut, bisa dibilang, adalah para remaja yang mengalami masa-masa keemasan thrash metal di era akhir ‘80an hingga awal ‘90an, era dimana untuk mendapatkan kaset album, video konser dan kaos resmi band-band tersebut masih sangat sulit dan langka.

Arian 13 misalnya, menapaktilas masa itu saat hadir di konferensi pers “Jakarta Rockulture” bersama Adam Vladvamp, pembetot bass Koil, yang digelar di Borneo Beerhouse, Kemang, 21 Maret 2017 lalu. Vokalis Seringai tersebut mengurai kenangan saat menjadi remaja di Bandung yang tergila-gila musik thrash metal. “Gue pernah mengirim surat ke semua band thrash metal era itu yang ada alamatnya. Mungkin mereka bingung ada fans dari Indonesia, akhirnya mereka ngirimin gue merchandise yang ada tanda tangannya,” tuturnya mengenang.

Misi nostalgia semacam itulah yang ingin ditiupkan penyelenggara di “Jakarta Rockulture” ini, untuk mengumpulkan penggemar musik rock dan metal yang merasa punya keterkaitan emosi dengan masa itu. Dan tidak seperti event musik keras lainnya yang sarat atribut ‘kekerasan’, “Jakarta Rockulture” justru ingin menghadirkan sensasi musik cadas yang ‘ramah’, dimana para penonton bisa datang membawa keluarganya masing-masing, dan menikmati berbagai suguhan sides menu sebagai pelengkap konser.

Dan untuk mewujudkan misi dan visi “Jakarta Rockulture” sehingga bisa menggapai calon penonton yang sepaham, beberapa strategi sudah dijalankan pihak penyelenggara. “Kami akan melakukan sosialisasi di berbagai komunitas yang berhubungan erat dengan kultur musik ini,” cetus Riza Satyagraha, founder Sacca Production, meyakinkan.

Sebenarnya, “Jakarta Rockulture” sebelumnya sudah pernah diadakan pada Februari 2015 silam, dimana mereka berhasil mengenalkan pasar untuk produk-produk unik dan langka yang terkait hobi dari para kolektor penggemar rock/metal. Event tersebut juga sekaligus merupakan bentuk dedikasi dari Riza Satyagraha yang juga seorang die-hard musik rock dan metal. Oh ya, penyelenggaraan “Jakarta Rockulture” ini juga merupakan hasil penuangan ide dari tim “Rockultura” yang diotaki Riza Satyagraha bersama Oddie (vokalis Getah), Abie Borneo dan Coki Singgih. Tekad utama tim ini adalah membawa Jakarta Rockulture Festival menjadi gelaran tahunan yang mempunyai ciri khas di antara acara-acara musik lainnya, dan menjadi perayaan yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya oleh para metalhead.

Lebih jauh tentang “Jakarta Rockulture: The Headbanger Years”, bisa menggali infonya di https://facebook.com/JakartaRockulture (Facebook), @JKTRockulture (Twitter), @JakartaRockulture (Instagram) atau menelusuri hastag #JKTRockulture di media sosial. (Mdy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts