Banyak cara untuk menyampaikan karya ke khalayak ramai. Apalagi di era internet atau fenomena media sosial yang semakin menciutkan batas antar manusia untuk saling berhubungan. Bias, sebuah unit alternative/grunge asal Yogyakarta memahami betul manfaat itu. Lewat kanal YouTube, mereka pun melampiaskan luapan kreativitas dengan meluncurkan konten Live Studio Session, dimana Bias menggelegarkan lagu “Koboi“ dan “24 Karat“, dua komposisi yang dicomot dari album mini (EP) “Basabasi” yang sudah dirilis sejak 15 Oktober 2017 lalu.

Bias yang diperkuat formasi Agung Gabres (gitar), Billi Bilay (bass) dan Rudi Anduk (vokal/dram) merekam sesi Live Studio Session di Jogja Audio School. Mereka menggambarkan sesi tersebut sebagai sarana merepresentasikan kesesatan, keragaman, dan dinamika audio dari Bias yang dikemas lewat visual yang frontal, sinematik, dengan permainan warna yang nakal. Lagu “Koboi” sendiri terinspirasi dari film “The Unforgiven” (1992) yang diarahkan dan diperankan oleh Clint Eastwood, sementara “24 Karat” merupakan wujud kekesalan dan kebosanan terhadap siaran televisi yang penuh dengan sajian kriminal khususnya korupsi, konten jualan birahi, jualan drama, yang seolah tidak sadar bahwa mereka bertanggung jawab atas bobroknya moral penonton.

“Kedua lagu tersebut memiliki dinamika yang kami rasa dapat mewakilkan musik Bias secara utuh, baik dari segi lirik maupun aransemennya,” urai Bias kepada MUSIKERAS, mengenai alasan mereka memilih “Koboi“ dan “24 Karat“.

“Kedua lagu ini juga berkarakter up-beat yang dapat menarik perhatian pendengar dan seakan memberitahu pendengar kalau kami membawa musik dengan energi yang intens. Masih banyak lagu lain yang akan kami kemas nantinya di Studio Session Chapter II yang kami harap bisa membuka, memperluas pemahaman dan pengalaman pendengar dengan musik kami.”

Bias sendiri terbentuk pada 2015 silam, yang diawali formasi Rudi (gitar/vokal), Rimo (bass) dan Lugas (dram). Saat itu, Bias masih membawakan lagu-lagu dari Nirvana dan Foo Fighters, sambil meramu dan membentuk karakter mereka sendiri, serta mulai menciptakan beberapa lagu.

“Setelah beberapa lama berjalan dan berproses, pergantian personel menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari karena beberapa alasan. Rimo memutuskan keluar dari band untuk fokus dengan pendidikannya disusul dengan Lugas. Beberapa teman kami, di antaranya Aas (dram) dan Andre (gitar) juga pernah menjadi bagian dari Bias,” ungkap Bias lagi.

Rudi yang aslinya seorang dramer akhirnya memutuskan kembali duduk di belakang drumset, namun tetap merangkap sebagai vokalis dan mengajak sahabat lamanya, Vonda untuk mengisi posisi bassis. Lalu pada akhir 2017, Bias sempat berstatus tanpa gitaris, hingga seorang rekan mereka memperkenalkan Agung Gabrez. Setelah beberapa kali bertemu dan jamming bersama, Gabrez pun diresmikan sebagai gitaris baru Bias dan langsung terlibat di penggarapan EP “Basabasi”. Namun tak lama setelahnya, giliran Vonda yang memutuskan keluar. Dalam kurun waktu beberapa minggu, Bias kemudian bertemu dengan Billi di suatu pementasan resital dan akhirnya setuju untuk mengisi posisi bass.

Walau melabeli konsep musiknya di ranah alternative rock dan grunge, namun Bias mencoba tidak terperangkap pakem klise genre tersebut. Berbagai referensi musikal mereka serap dari berbagai band panutan, di antaranya seperti Nirvana, Super Unison, Vein, Code Orange, Deftones, Basement, Heals, Radiohead dan Gabriel Faure.

“Alternative rock memiliki cakupan yang luas, dan menurut kami grunge menjadi simbol berontak atau melanggar aturan atau budaya bermusik pada umumnya. Kami ekspresikan melalui lagu-lagu yang kami ciptakan. Ada bagian dimana alunan vokal cenderung melodik, riff gitar yang manis, gebukan dram yang sekadar mengiringi, dan bass yang menegaskan nada dan pondasi lagu. Namun banyak juga bagian di lagu-lagu kami yang cenderung mengarah ke rock atau metal dengan teriakan vokal, riff gitar dengan distorsi padat serta dram yang mengentak dan berat. Tantangannya adalah bagaimana menjembatani atau memadukan dua gaya musik yang berbeda tersebut dalam sebuah lagu dan masih memenuhi kebutuhan estetika pendengar.”

Oh ya, selain mengeksekusi Live Studio Session di YouTube, Bias juga telah meluncurkan beberapa trek demo berjudul “Lulabi”, ”Overdosis Visual” dan “Selir Pemberontak” via kanal Bandcamp. Dan masih di platform yang sama, EP “Basabasi” juga masih bisa didengarkan atau diakses secara gratis di biasbasabasi.bandcamp.com. (mdy/MK03)

Foto oleh Wildan Hadi Fernando

.