Kebengisan yang cermat dalam konteks death metal dieksekusi Viscral dengan tegas di “Entrance Into Terrifying Imagery”, album studio kedua mereka yang telah dilepasliarkan secara sah pada 23 April 2021 lalu. Karya unit cadas asal Bekasi, Jawa Barat yang telah menggeliat sejak 2007 silam ini merupakan pencapaian memuaskan, dari perjalanan panjang persiapannya. Butuh enam tahun menantikan album tersebut dirilis, sejak Viscral melahirkan album debut “Egocentric Underneath Of Horror”.

Sebenarnya, penggarapan “Entrance Into Terrifying Imagery” sendiri telah rampung sejak 2019 lalu. Bahkan sempat direncanakan akan diboyong menghajar beberapa negara di daratan Eropa seperti Jerman, Ceko, Swiss dan Belanda lewat program “The Devourer Tour 2019”. Sayangnya, meski rangkaian tur yang dijalani bersama Deadsquad itu berjalan lancar, album gagal dibawa serta dalam tur tersebut. 

Dibanding album debutnya, Faisal Noviandy (gitar), Liga Radensha (gitar), Eggi Pradia (vokal), Yogi Praja (dram) dan Jannova (bass) kali ini menerapkan pengembangan dan perubahan yang lebih brutal di sana-sini. Khususnya dalam perumusan konsep soundnya. Di lini gitar misalnya, ada penambahan senar sehingga register nadanya menjadi lebih berat. Aransemen yang lebih kompleks dengan sentuhan riff gitar modern dan old school menjadi senjata utama mereka.

“Untuk album kedua Viscral ini, (kami) menggunakan gitar tujuh senar, tujuannya untuk mendapatkan nada-nada rendah agar musik dan kord atau riff gitar yang kami inginkan tercapai. Tuning yang dipakai di album ini hampir sama dengan album pertama. Untuk album pertama, kami memakai gitar enam senar dengan tuning drop C (D-A-F-C-G-C), sedangkan album kedua ini tuning-nya Drop C juga, tapi di senar ketujuhnya di tuning G (D-A-F-C-G-C-G). Ukuran senar yang kami pakai pun cukup tebal karena kebutuhan untuk tuning itu sendiri, yaitu 0.10 – 0.62. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan sound yang lebih rendah dan heavy karena part groove banyak memainkan power chord,” papar pihak band kepada MUSIKERAS, merinci.

.

.

Tidak hanya bereksplorasi di gitar. Khususnya di komposisi “Transcending Idolatry” dan “Compulsive Ingenuity”, juga banyak menguras tenaga saat dimainkan, terutama untuk dramer. Yogi Praja banyak menerapkan perpindahan ketukan yang cepat dalam tempo waktu yang singkat. Variasi ketukan dram yang dibuatnya menjadi terdengar padat, walaupun hanya pada tempo 230bpm.

“Agar dinamika musik juga terasa pada ketukan dram. Dan hal menarik lainnya, Yogi melakukan rekaman untuk sembilan lagu pada album ini tanpa panduan (guide) gitar sama sekali,” seru mereka lagi, menambahkan. 

Demokrasi menjadi hal yang juga sangat penting di penggarapan “Entrance Into Terrifying Imagery” keseluruhan. Masukan ide beragam bebas dilepaskan para personel. Dua gitaris Faisal Noviandy dan Liga Radensha memang terlihat berperan dominan, namun idealisme masing-masing tetap harus bisa diredam demi menciptakan keselarasan musik secara keseluruhan.

“Menerima masukan dan penolakan dari personel lain tidak membuat kami terpecah belah saat penggarapan materi. Karena sosok Eggi yang cukup tajam memberikan arahan musik serta struktur musik yang disusun, bisa berlaku sebagai penengah hingga pembetukan sound karakter pada album kedua ini. Banyak kemajuan untuk hal pendewasaan ketika menciptakan musik, menjalani proses dan saling menghormati menjadi hal paling penting, di luar konteks musik yang sudah tercipta. Kepercayaan terhadap masing-masing personel pun lebih terasa, sehingga membuat proses rekaman album kedua ini bisa diselesaikan dalam waktu yang cukup singkat.”

“Entrance Into Terrifying Imagery” yang diedarkan oleh label Blackandje Records tidak hanya tersedia dalam format digital, namun juga rilisan fisik (CD). Info selengkapnya bisa didapatkan di akun Instagram @viscralofficial dan @blackandjerecords. (mdy/MK01)

.