Dunia internet, di mata Adji Pamungkas a.k.a. Jikun, adalah dunia kegelapan. Banyak hal tak terduga yang bisa muncul di baliknya. Kurang lebih, makna seputar itulah yang dikaji Jikun lewat lagu tunggal terbaru Jikunsprain – band bentukannya di luar /rif – yang berjudul “Paroxisma”. 

“Makna lagu ‘Paroxisma’, atau lengkapnya seperti di reff lagu, ‘natyra paroxisma’ mempunyai arti serangan mendadak dari dunia kegelapan. Banyak hal tak terduga yang dengan mudah mempengaruhi dari dunia internet, yang belum tentu baik dan benar adanya. Malah hasilnya bisa mempengaruhi mental yang buruk,” ujar Jikun kepada MUSIKERAS, merinci.

Penggarapan “Paroxisma” sendiri dieksekusi oleh formasi baru Jikunsprain, yang selain Jikun, Anto Daeng Oktav (bass) dan Koko Sasongko (vokal), kini juga diperkuat oleh Alexander Kevin Sugito di lini dram. Tapi materinya dimulai Jikun sendiri sejak Maret 2020 lalu, saat para musisi mulai tiarap akibat deraan pandemi dan mulai memikirkan kebutuhan pribadi masing-masing. Saat itu, Oktav sudah berlabuh di Purwokerto bergabung bersama keluarganya. Begitu juga dengan Koko yang beredar di sekitar Yogyakarta, juga bersama keluarganya. Sementara Kevin di Bekasi. 

“Saya yaa tetap di Cinere (Jakarta), semua dilakukan via internet. Hanya saya dan Kevin yang masih melakukan tatap muka, membangun komposisi gitar dan dram. Beberapa bulan kemudian setelah itu, saya dapat dukungan dari teman untuk sewa studio di sekitaran Antasari, Jakarta. Karena saat itu hampir semua studio di Jakarta tutup.”

Lirik, notasi dan kord untuk “Paroxisma” dibuat oleh Jikun, yang kemudian disempurnakan oleh Kevin, Oktav dan Koko. Dengan segala keterbatasan, Jikun melanjutkan proses penggodokan lagu dengan merekam isian gitar sebagai awal, lalu mengirim datanya ke Oktav untuk pengisian bass, dan terakhir ke Koko yang lantas merekam vokalnya di studio milik Bayu Randu (Musicblast) di Jakarta Selatan. Lalu untuk mendukung kemasan rilisan, Jikun bekerja sama dengan seorang arsitek di Bali untuk menggarap artwork lagunya, yang dikembangkan berdasarkan konsep yang sudah digambar oleh Jikun sendiri. 

“Awalnya saya bikin sendiri, (warna) hitam putih di atas kayu. Tapi kayaknya terlalu bertema komik 70-an. Temanya horor sih, seorang anak perempuan terkesiap berdiri pegang boneka melihat penampakan. Singkron sih dengan lirik verse di lagu; ‘… melihat mu sengap berdiri kalang, dingin di sudut ruang, pasi persona netra membara, sampaikan sebuah pesan…’. Kemudian setelah saya scan, saya kirim datanya, kemudian dia sadur dan disempurnakan.”

Seperti karya-karya Jikunsprain sebelumnya, “Paroxisma” juga masih mengeksplorasi keliaran rock. Hanya, kali ini Jikun merambah ke level yang lebih keras karena ada sentuhan elemen thrash. “Kali ini berbeda karena dibikin lebih ‘thrash’. Album sebelumnya mengusung heavy rock. Kelihatannya lagu berikutnya juga bakal ‘thrash’. Ada empat lagu lagi yang siap diramu,” seru Jikun semangat.

Jikunsprain yang telah bergulir sejak awal 2007 silam terakhir kali melepas karya rekaman pada 2016 lalu, lewat sebuah album mini (EP) bertajuk “Bertuhan Dengan Marah” via label Greenland Records. Bagi Jikun, di luar kesibukannya bersama /rif, Jikunsprain adalah penyaluran idealisme musikal seorang Jikun. Karya-karya yang keseluruhan ide bermuara dari dirinya.

“Yang ingin saya capai, saya pikir lebih ke ‘penyegaran’ agar saya bisa terus main gitar dan terus berkarya, bikin lagu dan album. Syukur-syukur orang-orang yang dengar pada suka. Dan hal itu seperti pemantik untuk menyalakan semangat untuk terus bermain gitar dan berkarya.”

“Paroxisma” sudah bisa didengarkan di berbagai platform digital sejak 15 Januari 2022 lalu. (mdy/MK01)

.