Nama band yang berarti ‘ketegangan minimal’ diumpamakan pelaku musik cadas asal Pontianak, Kalimantan Barat ini sebagai suatu sifat transisi antara hidup yang sedang baik-baik saja menjadi kecemasan. Kurang lebih, kesan itu pula yang mereka kobarkan di karya rekaman lagu tunggal perdananya yang diberi judul “Threatened With Despair”.
Minimal Tension yang diperkuat formasi Muhammad Rakha Wibisana (vokal), Dede Supriyatna (dram), Angga Pangedo (gitar), Syarif Muhammad Irfan Alkadri (gitar) dan Fatra Budiargo (bass) menyebut lagu berhawa melodic hardcore tersebut dipenuhi lirik yang sarat emosi dan kesedihan, yang dicampur dengan aransemen musik yang penuh amarah. Formula itu, menurut tuturan pihak band kepada MUSIKERAS, digeber agar emosi yang terluap sampai pada titiknya.
.
.
Dari segi musikal, secara spesifik Minimal Tension mendeskripsikan konsep melodic hardcore di lagu “Threatened With Despair”, juga mereka terapkan di lagu-lagu lainnya yang bakal menjadi amunisi utama di album yang kini tengah digarap.
“Referensi musik Minimal Tension sendiri terinspirasi dari band seperti Touché Amoré (AS), One Step Closer (AS), Counterparts (Kanada), Iris (Jepang), Casey (Wales), Polaris (Australia) dan lain-lain,” cetus mereka menegaskan resep fromulanya.
Proses rekaman, mixing dan mastering “Threatened With Despair” yang dilakukan di studio Babaace, kata Minimal Tension, tidak terlalu rumit. “Karena kami sudah mematangkan materi sebelum masuk studio rekaman. Dari setiap personel menuangkan karakter permainannya dalam proses rekaman lagu ini.”
Saat ini, Minimal Tension yang baru terbentuk pada 2022 tengah berusaha menyelesaikan penggarapan album penuh dan menargetkan Mei bisa merampungkannya. Selain itu, mereka juga mencanangkan bisa melakukan tur ke beberapa titik di pulau Jawa. (aug/MK02)
Leave a Reply