Mafialokal menebar hardcore beringas dari pinggiran kota. Pejuang hardcore punk asal Ambarawa, sebuah kecamatan kecil yang berada dalam bagian Kabupaten Semarang ini baru saja melepas lagu baru rilisan tunggal berjudul “Parade Bromocorah”, yang dirancang sebagai pengiring dansa di arena moshpit. Tepatnya sejak 24 Juni 2023 lalu.
Di amunisi terbarunya ini, band yang telah berkiprah sejak pertengahan 2010 silam menerapkan konsep hardcore punk yang lebih inklusif. Heronimus Ekanala (vokal), Ausviano Nanda (gitar), Arif Syambudi (gitar), Pharamaduta Yogi (dram) dan Andi Kristanto (bass) menggasak tempo cepat yang sarat akan nuansa Scandinavian hardcore punk dan geberan metallic hardcore era ’90-an. Mafialokal meracik komposisi musik yang merupakan hasil peleburan dari berbagai referensi yang disukai para personelnya. Sebut saja macam His Hero Is Gone, Baptists, Suicidal Tendencies, Walls of Jericho, Refused hingga Pantera.
“Di ‘Parade Bromocorah’ ini, kami mencoba menggabungkan beberapa referensi dari band yang kami sukai. (Tapi) Ada beberapa hal baru yang sebelumnya belum pernah kami lakukan. Misalnya dari pengembangan sound, kami mencoba menggabungkan dua karakter sound antara (penggunaan pickup) single coil dari (gitar Fender) Telecaster dan juga karakter humbucker agar lebih terasa format dua gitarisnya,” papar pihak band kepada MUSIKERAS, mengurai formula racikan musiknya.
Jika membandingkannya dengan tiga lagu rilisan tunggal mereka sebelumnya, Mafialokal membanggakan segi produksinya yang mereka rasa kali ini jauh lebih baik. “Kami rasa musik di ‘Parade Bromocorah’ juga terasa lebih ‘pas’ untuk Mafialokal di periode yang sekarang. Dengan riff gitar yang padat, minim dobel pedal dan pola (permainan) dram yang lebih variatif. Sepertinya formula seperti ini memang lebih nyaman untuk kami mainkan.”
.
.
“Parade Bromocorah” yang menonjolkan lirik dengan pilihan kata-kata yang menohok sekaligus penyiasatan yang cerdik tentang fenomena sosial politik, dikerjakan Mafialokal dalam waktu yang relatif singkat. Mereka mengeksekusinya saat libur lebaran lalu. Hanya butuh waktu selama kurang lebih satu minggu, mulai dari menulis materi, rekaman hingga mixing dan mastering.
“Sebelumnya, gitaris kami Nanda dan Arif masing-masing menyodorkan panduan bagan musik untuk ‘Parade Bromocorah’, dan kebetulan materi musik yang cocok untuk single kali ini adalah yang dibuat oleh Nanda. Jadi setelah disepakati kerangka musik yang dipakai, dan penulisan lirik sudah selesai, kami langsung merekamnya di studio 4WD, Semarang. Baru di saat sesi rekaman inilah ada beberapa isian spontan, seperti pengembangan riff gitar dan pattern dram, isian lead gitar, juga beberapa perubahan di penulisan lirik.”
Peluncuran “Parade Bromocorah” dilakukan sekaligus sebagai sinyal menuju penggarapan album mini (EP) pertama dari Mafialokal. Mereka menargetkan paling tidak bisa dilepas ke pasaran pada akhir 2023 ini. Saat ini, mereka tengah getol saling melempar ide atau data lagu, lantaran domisili personel yang berbeda-beda.
“Kami masih terus mengumpulkan beberapa materi. Sejauh ini untuk penulisan musik dan lirik sudah 70%. Rencananya jika tidak ada kendala, kami akan mulai merekamnya di studio di bulan September tahun ini. EP perdana kami ini nantinya akan berisi empat lagu baru dan satu (versi) remix lagu lama kami, ‘Barikade Kota Mati’.”
“Barikade Kota Mati” adalah salah satu karya Mafialokal yang diluncurkan pada 2011 silam, bersama rilisan tunggal lainnya yang bertajuk “Moshpit Lantai Iblis”. Lalu pada 2021, Mafialokal kembali merilis karya lagu berjudul “Tanpa Hamba dan Paduka”. (mdy/MK01)
.
.
Leave a Reply