Walau perilisan karya-karya rekamannya berjarak cukup jauh satu sama lain, namun pejuang cadas asal Bandung, Jawa Barat ini tetap konsisten mengeksplorasi kreativitasnya. Terbentuk pada 2001 silam, Asiaminor baru berhasil merilis album debut bertajuk “Persepsi” pada 2012, via label Brokenchords Records. Lalu tiga tahun sesudahnya, disusul album “Into The Hollow Circle” via Riotic Records.
Kini, setelah lebih dari tujuh tahun, Asiaminor akhirnya kembali menggebrak lewat karya rilisan tunggal terbaru berjudul “Predetermined/Singularity”, diikuti sebuah album mini (EP) berjudul “Constellation”. Rilisan resmi Disaster Records ini memuat lima lagu, yakni “Hereditary Hatred”, “Sackles Horizon”, “Paradox”, “Predetermined” dan “Singularity”.
Tak hanya menghadirkan karya baru. Band yang kini lebih fokus menggeluti ranah progresif metalcore ini juga sekaligus memperkenalkan formasi terbaru mereka. Kini ada tambahan wajah baru di lini gitar dan dram, yakni Imam Kharis Sudin dan Emyr Farand. Mereka melengkapi formasi Ikhsan Ramadhan (vokal), Angga Kusuma (gitar) dan Muhammad Ridwan (bass).
Kehadiran dua personel baru, menghadirkan nuansa baru di “Constellation”, yang berbeda dibanding karya-karya Asiaminor sebelumnya. Langkah ini menandai perjalanan band yang berkesinambungan dalam menghasilkan karya-karya yang makin beragam dan menggugah. Dengan kombinasi antara keberanian eksplorasi musikal dan ketekunan dalam berkarya, Asiaminor terus menorehkan pencapaian baru dalam panorama musik progressive metalcore.
Proses pra-produksi “Constellation” sendiri diawali komposisi gitar dari Angga, yang lantas dilanjutkan dengan penulisan beat dan pola permainan dram bersama Emyr. Mereka lalu merekam isian dram di Escape Studio, kemudian bass di Teargas Lab Studio dan vokal serta gitar di Wowma Studio. Sementara untuk pemolesan mixing dan mastering dipercayakan kepada Sandi Aji.
Menurut tuturan pihak Asiaminor kepada MUSIKERAS, proses keseluruhan lumayan lama dan agak tersendat lantaran ada sedikit kendala di proses rekaman vokal. “Karena ada beberapa penyesuaian dan perubahan pada tuning musik dan teknik bernyanyinya,” ujar mereka mengungkap alasan.
Dari segi musikal, komposisi lagu-lagu di “Constellation” sangat menegaskan liukan dinamis yang kental akan ciri progresif. Tidak ada pengulangan bar, sehingga dalam satu lagu bisa menerapkan riff serta pola ketukan dram yang berbeda-beda. “Referensinya juga banyak dan beragam dari tiap personel, ada dari pop, hardcore dan metal. Pokoknya campur aduk!”
Untuk menghasilkan gestur komposisi semacam itu, tentu saja para personel Asiaminor menghadapi proses rekaman yang cukup menantang dari segit teknis. Lantaran memang cukup berbeda dibanding materi-materi album maupun lagu rilisan tunggal mereka sebelumnya.
“Karena ada penyesuaian tuning yang lebih low, dan juga di EP ini kami menambahkan elemen sequence yang komposisinya dibantu oleh Jay Beathustler,” beber pihak band lagi, beralasan.
Sejak 9 Juni 2023 lalu, lagu “Predetermined / Singularity” sudah bisa diakses di berbagai platform digital, sementara EP “Constellation” diedarkan dalam format fisik (CD) oleh Disaster Records sejak 8 Agustus 2023 lalu. (mdy/MK01)
.
.
Leave a Reply