J-Rocks mampu terus mempertahankan eksistensinya di panggung rock Tanah Air, sejak dibentuk resmi pada 9 November 2003 silam di Jakarta, hingga hari ini. Tidak hanya dengan melahap berbagai hajatan panggung, tapi juga terus berkarya di pentas rekaman. Dan tepatnya pada 23 Desember 2024 lalu, J-Rocks yang tercatat sebagai band Indonesia pertama yang pernah rekaman di studio legendaris Abbey Road, Inggris (Oktober 2008) tersebut kembali melepas lagu rilisan tunggal terbaru berjudul “Tanpa Air Mata”.
Di karya hasil racikan bassis Swara Wimayoga (Wima) bersama penulis lagu Alam Urbach tersebut, J-Rocks menghadirkan kombinasi yang kuat antara instrumentasi rock mereka dengan desain suara yang modern, plus lirik yang lirih sekaligus bermakna. Dan tentu saja, juga masih kental akan pengaruh pop, rock dan alternatif bernuansa Japanese music.
Tapi menurut Wima, saat menulis “Tanpa Air Mata“, sebenarnya notasi yang ia hasilkan terlahir secara organik. “Gue bikinnya sekeluarnya aja. Mungkin karena sering dengerin lagu-lagu Jepang dari dulu, jadinya kebawa tiap bikin notasi,” ujarnya kepada MUSIKERAS, terus-terang.
Tapi berbicara tentang musik-musik Jepang, sebenarnya siapa sajakah yang didengarkan oleh Wima, vokalis/gitaris Iman Taufik Rachman, gitaris Sony Ismail Robayani dan dramer Anton Rudi Kelces, yang selama ini sedikit banyak mempengaruhi proses kreatif mereka di J-Rocks? Berikut ungkapan mereka, eksklusif untuk MUSIKERAS! (aug/MK02)
L’Arc~en~Ciel
“Mereka paket lengkap dari penulisan lagu, aransemen, skill-nya keren, dan look-nya juga keren. Dan mereka mencangkup genre yang bebas. Menurut gue spirit jazz dan punk-nya kental, dan sampai sekarang pun mereka masih aktif. Lagu favorit sulit untuk dipilih, mungkin lima besar adalah ‘Honey’, ‘Link’, ‘Pieces’, ‘Niji’ dan ‘Felling Fine’.” (Iman)
“Selain semua personelnya punya skill yang mumpuni, juga penulis lagu yang bagus dan ciri khas masing-masing yang kuat. Lagu-lagunya nggak pernah ‘biasa’ dalam hal komposisi, notasi dan sound. Benar-benar terdengar gabungan dari empat personelnya. Live performance juga selalu luar biasa, dimana tiap temanya pastinya selalu bikin makin terinspirasi, setiap kali usai nonton show mereka.” (Wima)
“Band Jepang paling gue suka. Harmonisasi lagu dan warna karakter setiap lagunya tuh kuat banget. Video klip mereka juga keren-keren. Performa sama penampilan personelnya konsisten sampai sekarang, walaupun mereka sudah tidak muda-muda lagi. Dan pastinya, isian dram Yukihiro, mulai dari sound, skill di panggung, pas banget. Bikin lagunya tambah enak didengar di setiap lagu mereka.” (Anton)
“Band Jepang pertama yang langsung gue, waktu pertama kali lihat (penampilan) live-nya. Konsep manggung secara visual selalu menakjubkan! Secara harmoni, anggota bandnya benar-benar saling mengisi dengan karakter masing-masing yang sangat berbeda-beda. Band Jepang terbaik sepanjang masa.” (Sony)
Malice Mizer era vokalis Gakuto Oshiro (Gackt)
“Musiknya ke arah-arah neo-classical, musik klasik opera yang dibalut dengan pop dan juga rock. Skill dari para personel pun sangat mumpuni. Salah satu lagu favorit adalah ‘Au Revoir’ (dari album ‘Merveilles’ – 1998).” (Iman)
Babymetal
“Unik dan menyegarkan, gabungan grup idol dan instrumentasi musik metal. Aransesemennya selalu keren, sangar di bagian verse dan catchy di bagian chorus. Live performance juga menghibur banget, musik metal dengan koreografi ala idol dan die hard fans-nya.” (Wima)
One Ok Rock
“Band rock dengan sound yang modern dan performa yang energik. Dan lagu-lagunya keren-keren banget. Apalagi Takahiro ‘Taka’ Moriuchi, vokalisnya. Karakter vokal dan tenaganya luar biasa. Aransemen lagu-lagunya juga keren-keren banget. Gokslah!” (Anton)
Yoasobi
“Sebagai band baru, gue tertarik karena aransemen yang sederhana tapi vokal dan gitar punya ciri yang khas. Kalau dihubungkan dengan konsep promosi band jaman sekarang, Yoasobi ini bisa dibilang sukses beradaptasi. Terbukti banyak banget video di Instagram dan Tiktok yang menggunakan lagu-lagu mereka. Mungkin ini salah satu sebab kenapa mereka sekarang terkenal, termasuk di Indonesia.” (Sony)
.
Leave a Reply