Methosa dan Rina Nose akhirnya bersatu. Band bentukan awal 2020 saat pandemi Covid-19 melanda dunia ini akhirnya menemukan keleluasaan dan kekayaan berkarya ketika Nurina Permata Putri – atau yang lebih popular disapa Rina Nose – memutuskan bergabung di formasinya. Penyanyi yang juga dikenal sebagai pemain film dan komedian tersebut resmi memperkuat Methosa sejak akhir 2023 lalu. Dan kini, kontribusi Rina telah menjadi salah satu amunisi berbahaya di album debut Methosa yang bertajuk “Kausa Nusantara”.

Bagi band yang sebelumnya sudah digerakkan oleh vokalis Mansen Munthe, bassis Kelana Halim, kibordis Raden Agung Hermawan Fitrianto serta gitaris Dami Mahardiwana ini, kehadiran Rina menghadirkan kualitas vokal yang prima. Apalagi dari sisi Rina sendiri, memang ada keinginan kuat untuk berkarir di bidang musik. Khususnya bersama Methosa, karena ia merasa memiliki visi misi yang sama di dalam setiap pesan lagunya.

“Bergabungnya Rina menambah kekayaan Methosa secara musikalitas, mengingat Rina adalah seorang seniman tulen yang mampu mengeksplorasi banyak hal dan menuangkannya dalam karya-karya Methosa. Rina mengeksplorasi banyak gaya bernyanyi, sebagai contohnya, sinden dalam lagu ‘Getih’, seriosa dalam lagu ‘Angkara’, rap dalam lagu ‘Kosong’, cengkok Arab dalam lagu ‘Rotermann’,” urai pihak band kepada MUSIKERAS, meyakinkan.

Saat penggarapan album “Kausa Nusantara”, bisa dibilang berjalan sangat cair, lantaran semua personel band ini memberikan sumbangsih pemikiran dan ide-ide sesuai talentanya masing-masing, dan juga memiliki latar belakang pertemanan yang terjalin sudah cukup lama. “Secara kimia kami sudah terkoneksi satu sama lain.” 

Eksekusi rekaman “Kausa Nusantara” sendiri sudah dimulai Methosa dan Rina Nose sejak 2021 secara bertahap, dengan fokus padat produksi berlangsung di pertengahan sampai akhir 2023. Rekaman dilakukan di studio rumah Kelana dan juga di Mekel Music Studio, milik penyanyi Once Mekel di Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Seperti yang sudah dijabarkan di awal tulisan tadi, satu hal yang menarik dari Methosa adalah kekayaan dan keleluasaan karya musiknya. Memang, pada saat geliat Methosa dimulai, konsepnya cenderung mengarah ke nu metal atau hip rock, dilatari ide Kelana yang menggabungkan latar belakang Mansen di rap/hip hop dengan musik rock yang lebih organik. Terapan itu terwujud dalam produksi lagu pertama mereka yang berjudul “Kosong”, dimana Kelana mengaransemen lagunya dengan memasukkan unsur-unsur musikal dari band rock dunia seperti Rage Against The Machine dan Limp Bizkit. 

Namun seiring dengan berjalannya waktu serta bergabungnya Dami dan Agung, maka terciptalah lagu-lagu baru seperti “Rotermann”, “Getih” dan “Kembalikan Terang” yang melenceng dari pakem nu metal/hip rock. Mereka kini menyebutnya konsep musiknya dengan istilah ‘Methosaverse’.

“Karena ini juga, beberapa stok lagu Mansen yang tadinya hanya ingin dirilis untuk proyek solonya seperti ‘Conserva’ dan ‘Doa’ (akhirnya) juga dimasukkan ke dalam project Methosa. Akhirnya benang merah yang tersisa hanyalah ‘maksud dan tema’ lirik yang ingin disampaikan dalam setiap lagu, bukan lagi warna musik.”

Selain Rage Against The Machine dan Limp Bizkit, Methosa juga menyebut nama-nama seperti Rammstein, Imagine Dragons hingga Daft Punk sebagai sumber inspirasi musikalnya. Bahkan juga kental akan suntikan elemen musik tradisional Jawa. 

Dari 11 lagu yang disuguhkan di “Kausa Nusantara”, mereka menyebut lagu “Kosong” sebagai komposisi yang paling menantang. “Karena liriknya sangat padat dan temponya relatif cepat, dan harus membuat suara vokal Mansen dan Rina sinkron dari awal sampai akhir lagu,” seru pihak band mengungkap alasan.

Di lagu-lagu yang mereka ciptakan, Methosa banyak mengangkat isu-isu sosial di tuturan liriknya. Dari tema kesetaraan, krisis pangan, kemiskinan hingga lingkungan hidup yang kerap terjadi di dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Terutama masyarakat yang ada di belahan Timur Indonesia. Mereka sama sekali tidak memainkan lagu-lagu dengan tema romansa percintaan. Ini menjadikan Methosa kuat secara materi, karena selain mengangkat isu-isu tadi, aransemen dalam setiap lagu dibuat unik dan bervariasi sehingga bisa dinikmati oleh banyak kalangan pecinta musik Tanah Air.

Sebelas lagu yang termuat di “Kausa Nusantara” kini dapat dilantangkan via berbagai platform digital, radio serta media lainnya sejak 9 Februari 2024. (aug/MK02)

.