Grimoire menyusul dua lagu rilisan demo sebelumnya, dengan sebuah semburan album bertajuk “Earth Cursed by The Sphere”. Karya rekaman album ini merepresentasikan manifesto puitis dan politik pertama Grimoire secara melankolis sekaligus marah lewat materi lagu-lagu di dalamnya.

Keseluruhan memuat enam lagu, dengan rata-rata berdurasi 5-12 menit, yang melampiaskan rasa haru, hancur, rindu, gusar serta bahagia dalam komposisi musik yang sarat paduan post-black metal/blackgaze/depressive di racikan musiknya.

Tema album yang dirilis via Grimloc Records ini, menurut gambaran Grimoire, diambil dari dampak kondisi saat ini. Juga sebuah sikap dan ramuan mantra kutukan.

Band asal Palalangon, Bandung Selatan bentukan akhir 2021 ini menceritakan tentang ratusan bahkan ribuan hutan terbabat habis, juga pencemaran laut dengan sampah plastik dan beberapa baliho yang bertebaran. Hewan-hewan langka terancam punah, puluhan suku pedalaman juga terancam ruang hidupnya serta eksploitasi alam secara brutal.

“Mereka harus membayar itu semua, dan mungkin akan menanggung kesengsaraan kelak. Maka dari itu, langit mengutuk mereka yang membawa kehancuran di bumi. Langit akan tetap abadi meskipun menopang semua rasa sakit. Pada akhirnya, akan terbelah seperti tembaga yang meleleh.” 

Secara garis besar, “Earth Cursed by The Sphere” dikerjakan penuh oleh para personel Grimoire, yakni gitaris/vokalis Muhamad ‘Ef’ Irfan, gitaris/vokalis Aril Rizki, bassis Aldy ‘Bonz’ Renaldy, dramer Kiki Awaludin dan gitaris Difky Renaldi.

Mereka lalu mendapat dukungan dari Hamzah Kusbiyanto yang memoles mixing dan mastering di Nekrolabs, Irsyad Ali Sofi untuk eksekusi rekaman vokal dan seluruh instrumen di Teargaslab, serta Zoteng di Funhouse studio untuk rekaman isian dram. Sementara untuk desain artwork diserahkan sepenuhnya kepada Herry Sutresna a.k.a Ucok. 

“Jika ditarik mundur ke belakang, pengerjaan karya ini dibuat dengan rentang waktu yang cukup lama. Dua-tiga tahun lamanya, dengan beberapa drama yang terjadi. Juga proses stamper CD yang dibuat di Singapura ,” ujar pihak Grimoire mengungkap prosesnya.

Dari segi musikal, Grimoire mengungkapkan kepada MUSIKERAS bahwa konsep black metal/blackgaze/depressive melankolis yang diterapkan di album “Earth Cursed by the Sphere” didasari latar belakang musikal para personelnya, yang memang mengakar pada sub black metal ke post-black metal.

Mereka lantas juga menggabungkannya dengan racikan elemen shoegaze serta melodi somber dari post-rock serta ekspresi depresi ke dalam album itu.

“Yang menjadi ciri khas kami sebenarnya nggak terlalu spesifik, cuma kami selau menerapkan metode itu di proses kreatif. Selalu ada komposisi dengan lebih fokus lagi dalam hal menyeberangkan imajinasi lewat depresi atmosferik, dengan ambient tone ala kami. Mungkin agresi vokal juga cukup mewakili ciri khas kami, dengan beberapa teriakan amarah, tangisan bahkan (rasa) putus asa, di beberapa part di setiap track.”

Saat meracik komposisi serta aransemen lagu-lagu di album “Earth Cursed by the Sphere”, Grimoire mengaku sedikit banyak terpengaruh band-band besar seperti Alcest (Perancis), Explosions in the Sky (AS), Fall of Efrafa (Inggris) hingga Dödsrit (Swedia).

“Selebihnya kami ngalir aja, nggak terpatok pada beberapa referensi yang disebut tadi. Cuma beberapa band tadi itu menjadi favorit kami pada saat Grimoire mulai dibentuk.” 

Salah satu lagunya yang berjudul “Valar of Eternal Devotion” diakui Grimoire paling menantang saat menjalani rekamannya. Pasalnya, durasinya saja mencapai 12 menit. Lalu sempat terjadi beberapa kali pengulangan rekaman untuk isian dram saat proses rekaman album berjalan.  

“Dan juga, dengan rentang waktu yang tersimpan cukup lama akibat ada personel kami yang sedang mengerjakan sesuatu di luar kota, (maka) kami sedikit keteteran dengan proses workshop dan rekaman. Dan mungkin, ‘Valar of Eternal Debotion’ sedikit mewakili konsep dari album ini, dan akan menjadi transisi juga untuk (konsep) album berikutnya!”

Selain “Valar of Eternal Devotion”, album “Earth Cursed by the Sphere” juga dipanaskan lagu “Hollowness”, “Under The Wave Off Samudera Hindia”, “In The Deepest Ocean”, “Foxes” dan “Dreams Down Slowly Burn”.

Saat ini, format fisik (CD) album bertajuk “Earth Cursed by The Sphere” sudah bisa didapatkan via Grimoire atau Grimloc Records. (aug/MK02)