Pourriture bertekad segera mengeksekusi niat lama yang sempat tertunda akibat terhadang pandemi Covid-19. Unit death metal dari Bandung, Jawa Barat ini bakal kembali menyalakan sirinenya untuk perhelatan tur eksklusif di kawasan Pulau Sumatera, yang berjudul “Asap Hitam Konsorsium Tour 2024”.
Titel itu diambil dari judul album baru Pourriture yang akan segera dirilis via label Brutal Mind Records, pada Juli mendatang. Kabarnya, band yang diperkuat formasi vokalis Panji Muhammad Mulfiansyah, gitaris Wisnar Fajrul, dramer Redy Hanaf dan bassis Rendy Aprian ini akan menjadi pasukan brutal death metal pertama dari Bandung yang menggelar tur panjang di Sumatera. Rencananya ada delapan titik yang sudah mereka masukkan ke dalam rute tur tersebut.
Musik Pourriture yang kental akan aroma bengis yang sarat kehancuran, dijanjikan bakal memberikan pengalaman performa panggung yang tak terlupakan bagi para penggemar musik metal di seluruh Sumatera.
Agresi Pourriture di Sumatera tersebut dijadwalkan akan mulai digulirkan pada awal Agustus 2024, yang dimulai di daerah Berastagi, Sumatera Utara dan akan berakhir pada 13 Agustus 2024 di Muara Aman, Bengkulu. Dalam tur tersebut, Pourriture bakal dibantu oleh seorang road maneger asal Bengkulu, yakni Ferdinand ‘Niko’ Andrico. Niko sendiri adalah seorang CEO dari Fapro, event organizer ternama di Bengkulu, sekaligus juga dikenal sebagai vokalis band black metal legendaris dari Bengkulu, Demons Dragon.
Sumatera sendiri dipilih Pourriture sebagai agenda awal tur mereka dalam menyebarkan ‘Asap Hitam Konsorsium’ lantaran mereka sudah lama sekali membangun komunikasi dengan komunitas-komunitas metal yang memiliki visi dan kesukaan yang sama di pulau tersebut.
“Ditambah lagi, Sumatera adalah sebuah bentuk geografis yang unik dengan adat istiadat dan keanekaragaman yang membawa rasa penasaran bagi kami untuk lebih mengenal lagi bagaimana musik metal tumbuh di Sumatera,” tutur pihak band kepada MUSIKERAS, mengungkap alasan pemilihan wilayah tur mereka tersebut.
Dinamika Death Metal
Pourriture yang terbentuk pada 2011 lalu dikenal akan gaya musik death metal barbar yang unik, dengan lirik yang provokatif. Musik mereka membawa pendengar masuk ke dalam perjalanan emosional yang mendalam. Tur di Sumatera tersebut menjadi kesempatan bagi penggemar dan metalhead untuk merasakan kekuatan baru dan keintiman musik mereka secara langsung, sambil menyaksikan performa yang penuh pesan dari lirik di dalamnya.
Tentang album “Asap Hitam Konsorsium” sendiri, digarap Pourriture selama kurang lebih setahun. Secara teknis terbilang lama lantaran alasan klasik, karena terhadang kesibukan para personelnya di luar urusan band.
Mereka mengawali prosesnya dari lirik yang dibuat lebih awal, merespon dari berbagai kejadian yang diamati di sekitar mereka. Mulai dari kehidupan sehari-hari, referensi buku, atau dari cerita film dan kemudian dibalut dengan cerita yang sedikit hiperbola agar lebih menarik.
“Untuk kerangka musik bermula dari gitar dan dram yang kemudian secara komposisi ‘diacak-acak’ di studio, hingga kami bisa menemukan formula yang pas. Gitar dan bass direkam di Portable Studio, dram di Extend Music Studio dan vokal di PGH3 Studio.”
Pourriture menjanjikan bakal ada 10 trek yang menyesaki album “Asap Hitam Konsorsium”, dimana mereka mencoba mengekplorasi lagi dinamika death metal dengan memasukkan unsur-unsur musik hardcore, punk serta thrash metal di dalam musiknya. Antara lain referensi musiknya datang dari band-band dunia macam Suffocation, Deeds Of Flesh, Inveracity hingga Decrepit Birth.
“Dengan durasi yang lebih lama dan sentuhan sound modern di setiap lagunya akan membawa pendengar masuk ke dalam musik yang lebih agresif dan liar. Rata-rata durasi dalam album ini 4 – 5 menit.”
Sebelum “Asap Hitam Konsorsium”, Pourriture sudah pernah melampiaskan album debut bertajuk “The Savagely Constructions” pada 2017, lewat salah satu label rekaman independen legendaris di Indonesia, Extreme Souls Production.
Sebagai pemanasan, tonton video musik “Lanskap Peperangan Kelas”, salah satu lagu unggulan dari album “Asap Hitam Konsorsium” yang mengisahkan perjuangan kelas buruh dengan pengemasan visual yang kejam. (aug/MK01)
Leave a Reply