Gitaris Budi Rahardjo alias Bhusdeq kembali melampiaskan hasrat idealisme musikalnya lewat Driven By Animals, proyek sampingannya di luar grup Drive. Kini ia melepas lagu rilisan tunggal terbaru bertajuk “Diorama (Akhir Periode Kedua)”, yang kembali ia jadikan ajang orgasme kompleksitas aransemen.
Sejak awal dicetuskan pada 2011 lalu, Driven By Animals memang diproyeksikan Bhusdeq sebagai proyek suka-suka. Saat itu, ia merasa arah musik Drive yang lebih dulu dia konsepkan, menjadi terlalu ‘anak baik-baik’ untuk komposisi-komposisi lain yang tertimbun di kepalanya. Tidak mungkin dipaksa tersalurkan melalui Drive, tapi terlalu keterlaluan jika didiamkan saja.
Namun realisasi dari unek-unek musikal itu baru bisa terwujudkan pada 2021, saat pandemi, atau 10 tahun sejak demo-demo awal dibuat. Lagu pertama yang diperdengarkan ke publik adalah “Semua Boleh Jadi Presiden” yang terbilang lumayan menghebohkan. Paling tidak bagi orang-orang yang sudah mengenal Bhusdeq.
Tak disangka, manusia yang melahirkan lagu “Melepasmu” – salah satu lagu tenar Drive – ternyata bisa bikin komposisi prog-rock macam “Semua Boleh Jadi Presiden”, dengan tema lirik kritik sosial-politik pula!
Lalu tiga tahun berselang, ‘kerusuhan’ itu kembali disulut. Masih bekerja sama dengan produser Lulud Pambudi, Bhusdeq merasa terpanggil untuk berkoar-koar lagi.
Tema yang dikobarkan Driven By Animals di “Diorama (Akhir Periode Kedua)” bukan tidak disengaja. Lagu itu memang khusus dirilis sebagai kritik keras untuk pemerintah Indonesia yang akan berakhir-sambung bulan ini, Oktober 2024.
Seperti yang diketahui bersama – dan dimaklumi sebagian besar masyarakat – bahwa apa yang terjadi pada akhir pemerintahan periode kedua ini terlalu vulgar dengan nepotisme dan bagi-bagi kue kekuasaan. Dan ‘kekacrutan’ itu semua akan lanjut di pemerintahan berikutnya.
Bagi Bhusdeq yang juga bagian dari gerakan reformasi ’98, merasa sungguh aneh jika generasi muda cuma diam saja. Ini terbaca dalam lirik “Diorama”. Ia sendiri, tanpa pikir panjang dan tanpa mempertimbangkan asas kesopanan, memilih tak peduli pada pemilihan kata dalam liriknya. “Fuck-lah semua,” cetusnya.
Sebagai wadah pelampiasan lugas unek-unek di lirik, Bhusdeq pun kembali menerapkan formula kombinasi progressive rock lawas dan modern di racikan komposisi serta aransemen “Diorama (Akhir Periode Kedua)”.
“Tetap campuran beberapa sendok NIN (Nine Inch Nails), sejumput Mars Volta, beberapa miligram King Crimson, dan direndam dalam larutan ELP (Emerson, Lake & Palmer). Semua lagu Driven By Animals ya begitu,” ujarnya kepada MUSIKERAS, mempertegas.
“Diorama (Akhir Periode Kedua)” sendiri dicanangkan bakal menjadi satu dari tujuh lagu yang bakal terkemas dalam sebuah album berjudul “ProvoAksi”. Pastinya, lagu-lagu lainnya juga bakal sarat lirik kritik sosial dan politik. (mdy/MK01)
Leave a Reply