Salah satu ikon musik keras Indonesia, Seringai akhirnya gelar konser tunggal. Hajatan istimewa itu berhasil mengguncang Lapangan Hockey Plaza Selatan, Jakarta pada Sabtu, 30 November 2024 lalu, yang dipadati ribuan Serigala Militia. Dengan menggelontorkan 22 lagu terbaik mereka, Seringai menancapkan 100% taringnya di atas panggung yang bergemuruh nyaris non-stop.

Angka 22 tersebut juga menandakan 22 tahun eksistensi Seringai yang terbentuk pada 2002 silam oleh Arian ’13’ Arifin (vokal), Ricky Siahaan (gitar), Sammy Bramantyo (bass), dan Edy ‘Khemod’ Susanto (dram), formasi yang tidak pernah berubah sampai sekarang.

Konser “Serigala Militia Selamanya” yang didedikasikan khusus bagi penggemar setia mereka, Serigala Militia, mengusung konsep unik. Mereka melibatkan penggemar secara langsung dalam perencanaan acara. Antara Suara selaku promotor, memberikan ruang bagi Serigala Militia untuk berkontribusi aktif dalam berbagai aspek konser, mulai dari fan engagement, perencanaan campaign, hingga event management

Edy Khemod, dramer Seringai yang juga bertindak sebagai pengarah pertunjukan, mengungkapkan bahwa konser ini bukan sekadar pertunjukan tunggal, tetapi juga suatu perayaan brotherhood antara Seringai dan Serigala Militia.

“Konser ini bukan hanya tentang pertunjukan, tetapi bagaimana brotherhood Seringai dan Serigala Militia terjalin selama ini. Ini bentuk apresiasi dari band untuk kawanan Serigala Militia yang sudah terus ada untuk Seringai selama lebih dari 20 tahun.”

Andri Verraning Ayu, CEO Antara Suara, menambahkan bahwa konser ini dirancang khusus untuk menjaga personality dan keunikan Seringai bersama Serigala Militia. “Kami sangat antusias dapat berkolaborasi dengan mereka untuk menciptakan sebuah konser yang epik dan berkesan bagi penggemar musik heavy metal Indonesia”.

Dengan antusiasme yang membara dari ribuan penggemar, konser “Serigala Militia Selamanya” bukan hanya sukses menorehkan catatan sejarah dalam skena musik keras di Indonesia, tetapi juga mempertegas ikatan kuat antara Seringai dan Serigala Militia.

Adrenalin Merusuh

Sebagai pemanas suasana, Tore Up, Amerta, dan Godplant membuka konser ini secara bergantian yang cukup memukau sehingga mampu membangkitkan semangat para penonton untuk melihat aksi panggung sang penampil utama, Seringai. Terbukti saat usai penampilan Godplant, MUSIKERAS melihat, para Serigala Militia semakin merapat ke area panggung, tak sabar menunggu penampilan penuh energi dari unit rock beroktan tinggi tersebut.

Arian dkk membuka penampilannya dengan intro “Menelan Mentah, Semua Ini Tak Akan Bertahan Lama”. Kemudian mengentak ganas dengan “Akselerasi Maksimum” dari album mini (EP) pertama mereka, “High Octane Rock”, rilisan 2004.

Adrenalin penonton pun merusuh, terpacu kuat dan antusiasme memuncak. Tak ayal ratusan penonton di depan panggung membentuk circle pit, moshing, dan meneriakkan lirik lagu sekeras-kerasnya. Setelah lagu tersebut, barulah Seringai menyapa penonton yang hadir. “Ya, inilah lagu terakhir dari kami,” celetuk Arian 13 bergurau. Sangat khas Seringai!

Arian terus memberi komando ke penonton, memerintahkan untuk tidak boleh berhenti bergerak, melompat, menyanyi bareng dengan lagu-lagu andalan lain seperti “Tragedi”, “Amplifier”, “Program Party Seringai” dan “Adrenalin Merusuh”.

Dan ada juga lagu-lagu langka, bahkan belum pernah dibawakan secara live di atas panggung seperti “Citra Natural” dan “Senarai Feses”. Salah satu ‘highlights’ konser ini adalah ketika lagu “Lencana” digeber. Lagu yang mengkritik aparat penegak hukum yang tidak mengayomi dan melindungi masyarakat ini turut menampilkan tulisan berukuran besar “Gamma Dibunuh” di layar videotron latar panggung.

Gamma Rizkynata Oktafandy adalah siswa SMK Negeri 4 Semarang yang tewas dibunuh polisi. Keluarga korban masih berjuang menuntut keadilan. Penampilan tersebut spontan mendapat aplaus penonton yang membahana karena senang Seringai turut menyuarakan masalah ketidakadilan tersebut. Bahkan lagu ini diakhiri serempak dengan layar videotron yang menampilkan foto almarhum Gamma.

serigala
serigala
serigala

Usai lagu “Lencana”, Seringai kembali menyuarakan ketidakadilan lewat lagu “Gaza”, tentang genosida di Palestina. Sebuah lagu instrumental epik dari album “Taring”, rilisan 2012, dimana momen spesial ini turut menampilkan duo kakak-adik pemain trompet, Raka Soetrisno dan Ragil Sinatrio serta pemain synthetizer, Lody Andrian yang merupakan personel Amerta.

Kontribusi permainan instrumentasi ketiga musisi tambahan tersebut berhasil menambah atmosfer melankolia yang mampu mendeskripsikan tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan, selain diperkuat oleh visualisasi serupa di sepanjang lagu. Lalu dilanjut oleh lagu “Marijuanaut” dan Lody tidak beranjak dari posisinya di depan perangkat elektroniknya. Karena di lagu bergaya sludge/doom metal ini, Seringai berkolaborasi dengan seluruh personel Amerta.

Seringai berhasil menghibur para Serigala Militia dengan durasi tampil selama 100 menit, membawakan repertoar lagu terbaik dari diskografi mereka. Termasuk rilisan tunggal terbaru, “Pulang” yang rilis sepekan sebelum konser ini diselenggarakan.

Tidak ketinggalan lagu-lagu favorit penggemar mereka seperti “Berhenti di 15”, “Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan)”, “Dilarang di Bandung”, dan tentu saja anthem Seringai, “Serigala Militia” sebagai lagu pamungkas konser. 

Konser Tunggal Hanya untuk Band Besar

Konser tunggal Seringai ini menggunakan panggung megah dengan spesifikasi yang kurang lebih sama dengan artis internasional tier menengah. Berdiri kokoh menyemburkan tata suara yang memanjakan telinga. Meskipun menggelegar menampar kuping, suaranya cukup jernih. Kita bisa mendengar not demi not riff dan melodi yang dimainkan Ricky dan dentuman cabikan bass Sammy serta aksen tiap pukulan dram dari Khemod.

Lalu diperkuat pula oleh ekshibisi tata cahaya dan visualisasi tiga videotron yang menyegarkan mata. Hanya ada satu kata, puas!

Jujur, menurut sepengalaman saya nonton konser, ini adalah panggung konser tunggal terbesar dan terbaik bagi sebuah band metal Indonesia. Dan konser tunggal band metal jarang diselenggarakan di negara kita, tidak seperti di negara-negara Barat. Karena memang tidak populer.

Di sini, konser tunggal ideal bisnisnya digelar oleh band ‘besar’ alias yang memiliki basis penggemar yang besar. Sedangkan band heavy metal dan segala subgenre-nya di Indonesia yang ‘besar’ dan ‘sukses’ hanya segelintir jumlahnya. Dan Seringai salah satunya, sehingga kerap muncul istilah ‘4L’ alias ‘Lu Lagi Lu Lagi’ setelah melihat jajaran penampil utama pada poster festival musik rock/metal.

Itu yang kita bisa rasakan setelah mengamati kancah musik sarat distorsi ini di Indonesia selama tiga dekade terakhir. Masih segar di ingatan pemberitaan viral di berbagai media bahwa Indonesia tercatat memiliki 2.367 band metal dan menjadi negara dengan band metal terbanyak di Asia Tenggara.

Lantas apa pentingnya jumlah terbanyak tersebut jika faktanya hanya segelintir band yang memiliki fanbase besar sebagai motor penggerak mesin industri musik ‘heavy (baca = keras)’ agar tetap menyala?

Yang jelas Indonesia tidak kekurangan band ‘heavy’ dengan musikalitas bagus. Bahkan jumlahnya banyak sekali. Indonesia hanya butuh lebih banyak band ‘heavy’ yang mampu menaklukkan industri seperti Seringai! ((Bimo D. Samyayogi)/MK03)

Kredit foto-foto: Dok. Antara Suara

serigala

Demo piringan hitam (vinyl) pertama Seringai, sebuah peninggalan bersejarah yang berhasil dibeli oleh penggemar keras Seringai di acara Live Bidding.
serigala

Pengunjung berfoto dengan bandana, sebuah atribut antik yang dihadirkan kembali di konser ini, sejak terakhir kali menjadi bonus CD Album ‘Serigala Militia’ pada 2007 silam.