“No Man’s Land” merupakan bagian dari album yang hampir pasti beramunisikan 12 komposisi lagu karya Slakter yang sarat kekuatan dan intensitas.
Sejauh ini, menurut band thrash metal asal Semarang, Jawa Tengah ini, penggarapan album tersebut sudah mencapai tahapan 80% dari keseluruhan produksi. Kini tinggal menyisakan penyempurnaan mixing, mastering serta pengerjaan artwork.
Tentang “No Man’s Land” sendiri, vokalis Frans Maylivand Yanssens (Mortifer), gitaris Ibnu Putra (Steelgrinder), dramer Huda Iskariot (Iskariot) dan bassis Bagas Hendra (Sadomator) mengangkat tema kelam tentang perang. Terinspirasi dari Perang Dunia I.
Istilah ‘no man’s land’ merujuk pada wilayah yang terletak di antara dua garis depan musuh, yang sering kali menjadi zona berbahaya, penuh dengan kehancuran dan ancaman kematian.
Melalui lagu rilisan tunggal tersebut, Slakter menggambarkan kengerian yang terjadi di medan perang, dengan menyoroti ketakutan, kehancuran, dan penderitaan yang mengiringi wilayah tersebut.
Memaksimalkan fasilitas di studio rekaman rumahan, keseluruhan proses rekaman dilakukan bentukan 2015 silam ini secara mandiri. Tidak ada proses kreatif mendalam yang terjadi, semua berjalan seperti layaknya merekam sebuah lagu.
“Sejujurnya (kami) tidak ingat berapa lama proses rekaman single ini berlangsung. Semua materi album selesai dikerjakan dalam waktu satu tahun, dan single ini akan termasuk di dalamnya,” tutur pihak Slakter kepada MUSIKERAS.
Dari sisi musikalitas, Slakter menggempur lewat kombinasi teriakan keras dari vokal Mortifer, garukan riff gitar tajam dan agresif dari Steelgrinder, betotan bass mengentak dari Sadomator serta gebukan dram mengguncang dari Iskariot.
“Kami menggabungkan thrash metal dengan sedikit elemen death dan black metal di dalam musik kami. Mungkin bukan hal yang baru, namun kami tidak berusaha untuk terdengar dan meniru dari band lain,” urai Slakter, yang mengaku sedikit banyak terpengaruh album “Painkiller” dari Judas Priest dan band-band metal ekstrim era 80-an lainnya, dalam pengerjaannya.
“No Man’s Land” menghadirkan energi yang penuh kekuatan. Setiap elemen musik dirancang untuk membangkitkan emosi intens dan menggambarkan atmosfer perang yang brutal. Melalui musik yang kuat ini, Slakter tidak hanya menyuarakan kekerasan fisik, tetapi juga ketegangan dan kehancuran yang dihadapi oleh mereka yang terjebak di dalamnya.
Sejak mulai menancaokan taringnya di ranah musik ekstrim sekitar sembilan tahun lalu, Slakter memang telah dikenal akan permainan musiknya yang cepat, agresif, dan penuh energi. Slakter telah membangun reputasi sebagai band yang tak kenal kompromi, dengan tema-tema gelap dan menantang di liriknya. Band ini kerap mengeksplorasi berbagai aspek kekerasan, ketakutan, dan kegelapan dalam musik mereka.
Sejak 29 November 2024, “No Man’s Land” sudah bisa didengarkan di kanal Bandcamp dan YouTube Slakter. (mdy/MK01)
Leave a Reply