Therapy Session merilis album debut bertajuk “Limerence” pada 31 Januari 2025 lalu, dengan formasi personel yang mereka sebut paling ‘klop’.

Maklum, sejak menggarap materi lagu-lagu menuju pengemasan “Limerence” pada Desember 2022 lalu, band asal Kota Bekasi ini beberapa kali didera kendala perbedaan visi dan perombakan susunan personel. Faktor yang membuat perjalanan rekaman mereka terseok-seok.

“Kami melewati banyak sekali perbedaan visi dan tujuan, pergantian personel sampai berpindah-pindah tempat rekaman, konsistensi dan visi yang banyak menghambat proses pengerjaan kami,” seru kubu band kepada MUSIKERAS, memperjelas.

Namun kini, Therapy Session digerakkan oleh vokalis Naomi Yessica (Chip) dan Rifki Ardiansah (Kiplow), gitaris/vokalis Reihan Ahmad (Reinned), dramer Aldo Febriansyah Putra, bassis/vokalis Lukman Hakim (Men) dan gitaris Hendro Ryan, yang mereka sebut sebagai formasi yang bisa saling mengisi satu sama lain.

“Limerence” sendiri memuat sembilan lagu, dimana lima di antaranya sebelumnya sudah pernah dirilis. Tapi di album ini, telah direkam ulang dengan pendekatan arasemen baru serta mixing dan mastering yang lebih segar. Sementara empat lagu sisanya benar-benar komposisi baru yang belum pernah dipublikasikan.

therapy session

Kali ini, berbagai warna musik diterapkan Therapy Session di “Limerence”, yang membuat mereka keluar dari zona nyaman.

Mereka menyebut musiknya menggabungkan formula modern metalcore, namun tanpa meninggalkan elemen-elemen metalcore klasik seperti penggunaan synth dan vokal clean yang pop.

Ada juga bentuk eksperimen, seperti yang mereka terapkan di lagu berjudul “Candala”. Secara teknis, lagu itu mereka sebut cukup banyak bereksperimen serta eksplorasi sound yang sebelumnya belum pernah mereka tahu.

“Tujuannya mencangkup banyak generasi dan berusaha relate dengan mereka. Album ini energic, atmospheric serta menangis, hahaha,” seru mereka, menyimpulkan.

Para personelnya, terus-terang menyebut band-band seperti As I Lay Dying, Bring Me the Horizon, pejuang lokal Burgerkill, bahkan sampai musisi elektronik Tanah Air, Harry Citradi alias Heiakim dijadikan acuan saat menggarap aransemen lagu-lagu di “Limerence”.

Kata ‘limerence’ yang dijadikan judul album sendiri dipilih untuk menggambarkan keadaan terperangkap dalam obsesi atau kecintaan berlebihan terhadap seseorang. Obsesi itu melibatkan hasrat yang memikat dan pemikiran yang mengganggu, sebagai preventif dan sesi terapi bagi pendengar album ini.

“Limerence”, menurut penjelasan pihak band, mencoba terkait dengan kisah yang berbeda-beda di setiap lagunya. Simbol rumah usang – yang dihadirkan di desain sampul album – muncul saat mereka melewati rumah besar yang rusak atau terbengkalai.

“Di sana dulunya pasti ada kehidupan kebahagiaan, perjuangan dan keindahan hidup. Begitu pula dengan diri kita, sehancur apapun kita sekarang, dahulu pernah ada kebahagiaan, keindahan serta masa-masa senang. ‘Limerence’ bertujuan menjadi jembatan untuk mencapai fase itu lagi.” (aug/MK02)