Deserter telah memanaskan album debutnya, yang sangat dinanti tahun ini. Bertajuk “Disfigured Revelation”, dan bakal dilepasliarkan ke publik musik keras global via label New Standard Elite pada 6 Agustus 2024 mendatang.
Album ini merupakan tindak lanjut dari rilisan demo karya unit brutal death metal elit asal Kediri, Jawa Timur ini pada 8 Agustus 2022 lalu, yang telah memperdengarkan dua komposisi bengisnya, yakni “Mutilated by Truth” dan “Path of Torture”.
Vokalis Ardiansyah Achmad (Ardian), gitaris/bassis Bima Anggara Dwi Mahardika, gitaris/bassis Yosi Santoso (Josh Elm) dan dramer Humam Ali sendiri menggarap “Disfigured Revelation” dengan sarat tahapan.
Rekaman dram dilakukan di Volcanic Studio, sementara isian gitar, bass serta vokal dieksekusi di Calamity Streak Recordings. Lalu pemolesan mixing dan mastering diselesaikan di Texas SickLab Studio. Pihak Deserter benar-benar memastikan kualitas produksi sebagus mungkin.
Di luar produksi rekaman, Deserter juga bekerja sama dengan Blood Logos dan Grinfinite untuk memoles logonya, juga dengan Rio Oscaryzm Art untuk desain huruf di artwork album keseluruhan serta dengan Stormfire Productions untuk tata letak dan video promosi.
Judul album “Disfigured Revelation” sendiri melambangkan pengungkapan mendalam tentang realitas keras, mencerminkan gaya musik brutal dan tanpa kompromi dari band ini. Karya seni, yang dibuat oleh GorgingSuicide Art, melengkapi intensitas tema serta kekuatan suara di album ini.
Menurut Bima, produksi “Disfigured Revelation” adalah hal terumit yang pernah ia kerjakan. Bangunan riff yang tidak terduga sangat menguras isi kepala, ditambah ketukan ¾ yang kurang familiar untuk feel pembuatan riff sungguh menantang.
“Namun, saya dan band melakukannya dan ini patut untuk kalian dengarkan walau sekadar untuk referensi. Walaupun proses untuk membuatnya membutuhkan waktu yang cukup lama, tapi saya pribadi sangat puas dengan apa yang sudah saya curahkan ke dalamnya. Tentu juga dalam album ini tidak sekadar musik, karena kami mengambil tema lirik blasphemy, dimana ini cukup sulit untuk dikombinasikan dengan brutal death. Apa pun itu, saya harap metalheads di seluruh dunia menyukai apa yang telah kami lakukan.”
Secara teknis, setiap trek di “Disfigured Revelation” memiliki tantangannya tersendiri. Namun jika ditanya yang tersulit, kepada MUSIKERAS, Bima sebagai penulis lagu dengan jujur menyebut “Mutilated by Truth”. Karena lagu itu adalah awal dari semua track jahat yang ada di album.
“Diikuti dengan track 5, ‘Defiance Divinity’ serta hampir seluruh track yang terdengar pelan, malah memeras ide karena aransemen tidak boleh terkesan monoton,” seru Bima meyakinkan.
Personel lain juga menghadapi tantangannya masing-masing. Yosi mengaku mengalami kesulitan saat pembuatan riff di trek 2, yakni “Soul Descent into Suffering Abyss” serta trek 6 yang berjudul “Disfigured Revelation”.
“Effort-nya memakan hampir delapan jam hanya menghasilkan dua riff,” cetusnya.
Humam pun demikian. Saat merekam trek 4, “Path of Torture”, memakan waktu hampir tiga jam hanya untuk lagu itu. Sementara Ardian, juga menghabiskan waktu selama hampir tiga jam saat menggarap demo lagu yang sama. Namun saat take untuk album telah mendapat penyesuaian jadi tidak memakan waktu lama.
Deserter sendiri mewujudkan konsep seorang ‘pembelot’ di “Disfigured Revelation”. Tentang seseorang yang meninggalkan segalanya, bahkan yang dianggap sebagai penguasa tertinggi.
“Tema kami mengeksplorasi sanksi, nubuat, mukjizat, dan superioritas yang dianggap dari Nabi atau Tuhan itu sendiri. Semua melalui lensa kekejaman dan penyiksaan yang sering terjadi atas nama agama. Kami berusaha menenun perspektif ini ke dalam lirik kami, beberapa mengambil inspirasi gore dari novel ‘The Walk Path’ karya Feracrus.”
“Disfigured Revelation” akan tersedia dalam dua versi berbeda: edisi NSE (AS) dan versi eksklusif band (Indonesia). Setiap versi akan menampilkan tata letak, sampul CD dan merchandise yang unik, dimana edisi Indonesia sendiri akan menawarkan poster A3 gratis selama tahapan pra-pesan.
Deserter menjanjikan, lewat album yang sedikit banyak mengacu ke band-band seperti Putridity (Italia) di album “Degenerating Anthropophagical Euphoria” dan “Ignominious Atonement”, lalu Cerebral Efusion (Spanyol), Liturgy (AS) dan Pyaemia (Belanda) di album “Cerebral Cereal” ini, bakal menjadi rilisan penting di kancah brutal death metal. (aug/MK02)
Leave a Reply