“Keduabelas lagu ini merepresentasikan awal mula kecintaan kami terhadap musik ber-genre keras atau sidestream yang melahirkan keinginan untuk bermusik.”
Itu alasan utama unit post-hardcore asal Jakarta, Divide yang diungkapkan kepada MUSIKERAS, dalam memilih 12 lagu dari circlepit emo/post-hardcore di artikel ini. Deretan pilihan yang sangat personal tentunya, bukan pilihan absolut yang berlaku untuk semua orang. Divide sendiri memang mengawali karirnya di geliat sub-genre tersebut, yang dimulai pada 2010 silam.
Sejauh ini, walau sempat didera gonta-ganti formasi, namun Divide berhasil menjaga eksistensi mereka dengan tetap agresif berkarya. Kurang dari setahun setelah terbentuk, Divide langsung meletupkan karya album mini (EP) bertajuk “Commas In Period”, lalu disusul album penuh pertamanya, “The Sun, The Moon, And The Truth” (2012). Sekitar empat tahun kemudian, album kedua “Sakunta/Sarpa” lahir, lalu disusul dua EP berjudul “Reanimate” (2019) serta “Nirwana” (2020). Setelah itu, masih ada dua rilisan single lagi, masing-masing berjudul “Menyakitkan” (2020) serta yang paling anyar, “Selamatkan Aku”.
Berikut daftar lengkap 12 lagu pilihan Divide yang kini diwakili oleh Danindra Ilham Kamil a.k.a. Uda (vokal), Dhenaldi Saviro a.k.a. Dendenk (vokal), Willfried Arief (bass), Pradipta Beawiharta (gitar) serta Nicko R. Prabowo (dram).
Apakah ada yang sama dengan pilihan kalian?
.
From First to Last “Emily”
Karya lagu berdurasi singkat dan berformat akustik yang emosional ini berasal dari album debut milik unit post-hardcore asal Florida, AS ini. Judulnya “Dear Diary, My Teen Angst Has a Bodycount” yang dikumandangkan pertama kali pada Juni 2004 silam via label Epitaph Records. Juga merupakan satu dari dua album awal From First to Last yang masih diperkuat vokalis Sonny Moore, yang belakangan lebih dikenal sebagai produser dan penampil di genre elektronik menggunakan nama Skrillex.
.
Saosin “Seven Years”
Lagu ini berasal dari album mini (EP) berjudul “Translating the Name” yang diluncurkan Saosin pada Juni 2003 silam via label Death Do Us Part. Satu-satunya rilisan mereka yang menghadirkan kontribusi bassis Zack Kennedy, dan juga satu-satunya karya rekaman album yang tidak melibatkan gebukan dram dari Alex Rodriguez yang saat itu masih memperkuat band Open Hand. Setelah perilisan EP ini, vokalis Anthony Green juga sempat cabut dan membentuk Circa Survive. “Translating the Name” sendiri disebut-sebut sebagai salah satu rilisan post-hardcore paling berpengaruh di era 2000an.
.
Alesana “Ambrosia”
Lagu yang kini sudah berusia 15 tahun ini termuat di album debut “On Frail Wings of Vanity and Wax” (2006), yang menyuguhkan keliaran post-hardcore serta sedikit menyenggol kecadasan metalcore. Berkat album itu pula kepopularan Alesana meningkat tajam, sejak mereka pertama kali mengusik skena global post-hardcore lewat rilisan EP “Try This with Your Eyes Closed” (2005).
.
Life in Your Way “For the Flames Beneath Your Bridge, My Hearts Collapsed”
Trek pembuka dari album “The Sun Rises and the Sun Sets… and Still Our Time Is Endless” (2003) ini kental akan elemen hardcore yang cenderung melodik di beberapa bagian. Pada saat lagu (dan album studio kedua) ini digodok, Life in Your Way yang kerap pula dikategorikan sebagai pengibar Christian hardcore diperkuat formasi Joshua Kellam (vokal), Todd Mackey (gitar), Jeremy Kellam (bass), Andrew Bradley (gitar) dan John Young (dram).
.
My Chemical Romance “Helena” dan “Teenagers”
Sepertinya kita semua setuju bahwa “Helena”, dari album yang bertajuk “Three Cheers for Sweet Revenge” (2004), adalah lagu paling fenomenal di jagad emo. Bahkan oleh majalah NME, trek yang konon musiknya terinspirasi dari lagu “Aces High” (Iron Maiden) serta musik dari band The Ventures ini digolongkan ke dalam “20 Trek Goth Terbaik”, yang sekaligus disebut-sebut kembali membawa wabah kombinasi kostum hitam serta penggunaan eyeliner sebagai simbol pemberontakan remaja. Sementara “Teenagers” yang berasal dari album tersukses My Chemical Romance, “The Black Parade” (2006) disebut Divide sebagai lagu anthem di panggung “Emonight”.
.
Underoath “When the Sun Sleeps”
Bisa dikatakan, lagu ini – seperti juga lagu-lagu lainnya di album ketiga “The Changing of Times” (2002) – adalah lompatan besar bagi band asal Florida, AS ini dalam peracikan formula musiknya. Seperti disiratkan di judul album. Kadar cadas Underoath di sini sedikit menurun, dan lebih diarahkan melebar ke ranah lain dengan suntikan elemen musikal yang lebih variatif, dengan mengombinasikan emo, screamo hingga melodic hardcore.
.
Story Of The Year “Until the Day I Die”
Ini single debut Story of the Year, rilisan Agustus 2003 silam yang langsung melesatkan nama unit keras asal Missouri, AS tersebut. Lagu ini sangat popular di skena emo/post-hardcore/pop punk dunia. Pencapaian tertinggi salah satu anthem dalam setiap konser mereka ini – termasuk beberapa konsernya di Jakarta – berhasil menerobos hingga peringkat ke-12 terlaris versi Billboard Alternative Songs.
.
Sum 41 ”With Me”
Lagu rilisan 2008 yang cenderung bernuansa balada ini, bisa dikatakan sebagai bagian dari ‘penyederhanaan’ musik Sum 41 keseluruhan, dimana sebelumnya kental akan suntikan elemen alternative metal, seperti yang kita dengar di album “Chuck” (2004). Di sini, tanpa kehadiran gitaris Dave Baksh, Sum 41 cenderung mengumbar gerak-gerik pop punk.
.
Yellowcard “Only One”
Karya rekaman yang merupakan bagian dari album “Ocean Avenue” (2003) ini sebenarnya berada di kisaran wilayah emo dan pop-punk, atau bahkan punk rock di sebagian trek lainnya di album tersebut. Sempat menjadi lagu yang paling banyak diminta di program acara MTV Total Request Live, dan juga merupakan komposisi Yellowcard berdurasi paling panjang, yakni 4 menit 17 detik. Dan di komposisi aslinya, memuat permainan solo biola dari Sean Mackin di bagian bridge.
.
Nostoc “White Embrace”
Band ini adalah bagian dari nostalgia hardcore, khususnya di skena seputaran Jakarta pada periode 2004 hingga awal 2012. Saat ini tak terdengar lagi gaungnya, namun di masa aktifnya sempat memuntahkan beberapa karya rekaman orisinal, di antaranya “Demise of Humanity”, “Schizophrenia”, “1965: Identity” dan “White Embrace”.
.
Divide “Dunia”
Tentu kurang afdol jika tidak ikut membanggakan karya sendiri. “Dunia” adalah bagian dari album studio kedua Divide, “Sakunta/Sarpa” (2016) yang disebut-sebut sukses menancapkan karakter mereka yang sesungguhnya. Karya rekaman ini menumpahkan idealisme masing-masing personel, yang tertuang secara demokratis di lagu serta album tersebut secara keseluruhan. Dengan masa penggarapan yang cukup panjang, memberi mereka ruang eksplorasi yang maksimal, menghasilkan output yang klimaks.
(mudya mustamin/MK01)
Leave a Reply