Oleh @mudya_mustamin
Banyak produksi album dari ranah rock dan metal keren yang dirilis pada 1993 silam. Tapi yang kami pilih di bawah ini adalah favorit redaksi. Beberapa di antaranya sukses secara komersil, namun ada juga yang tergolong mahakarya, monumental sekaligus bersejarah bagi bandnya.
NIRVANA “In Utero” (21 September 1993 – DGC Records)
Album rekaman studio terakhir Nirvana, sebelum vokalis dan gitarisnya, Kurt Cobain ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Seattle, AS pada 8 April 1994. Dari karya ini melejitkan lagu “Heart-Shaped Box”, “All Apologies”, “Rape Me” dan “Pennyroyal Tea”. Nirvana berkolaborasi dengan produser Steve Albini untuk menciptakan tata suara yang lebih kompleks dan kasar di album ini. Tapi pihak label yang kurang menyetujuinya memutuskan merevisi beberapa lagu agar lebih sesuai standar komersil. Saat dirilis, “In Utero” berhasil merajai peringkat terlaris di AS dan Inggris dan hingga hari ini telah terjual sebanyak lebih dari 15 juta keping di seluruh dunia.
.
THE SMASHING PUMPKINS “Siamese Dream” (27 Juli 1993 – Virgin Records)
Di era sebelum perilisan album studio kedua ini, band yang dimotori Billy Corgan ini sudah ramai disebut-sebut sebagai “the next Nirvana”. Dari karya tersebut lahir lagu-lagu rilisan tunggal seperti “Cherub Rock”, “Today”, “Disarm” dan “Rocket” yang membuat “Siamese Dream” didaulat sebagai salah satu album penting dan terbaik dari era keemasan alternative rock/grunge.
.
PEARL JAM “Vs.” (12 Oktober 1993 – Epic Records)
Saat penggarapannya, nama Pearl Jam sudah melesat tinggi berkat kesuksesan album debutnya, “Ten” (1991), membuat proses kreatif album ini menjadi sangat menantang. Hasilnya, racikan musiknya keseluruhan cenderung lebih agresif dan ‘kasar’. Lagu penting dari album ini antara lain “Go”, “Daughter”, “Animal” dan “Dissident”.
.
AEROSMITH “Get a Grip” (20 April 1993 – Geffen Records)
Album ini meneruskan kesuksesan serta formula dua album sebelumnya, yakni “Permanent Vacation” (1987) dan “Pump” (1989), dimana Aerosmith melibatkan beberapa musisi luar dalam penulisan lagu. “Get a Grip” menjadi album terlaris Aerosmith sepanjang karirnya, terjual sebanyak lebih dari 20 juta keping di seluruh dunia dan menempati peringkat terlaris di AS saat dirilis. Dua lagu dari album ini, yakni “Livin’ on the Edge” dan “Crazy” berhasil memenangkan penghargaan Grammy untuk kategori “Best Rock Performance by a Duo or Group with Vocal”, masing-masing pada penyelenggaraan 1993 dan 1994.
.
SEPULTURA “Chaos A.D.” (September 1993 – Roadrunner/Epic Records)
Tiga komposisi panas di album ini, yakni “Refuse/Resist”, “Territory” dan “Slave New World” bisa dibilang mewakili pergeseran konsep death/thrash metal yang selama ini menjadi benang merahnya, menuju ke gestur yang lebih groovy. Kurang lebih seperti album sebelumnya, “Arise” (1991), monster cadas asal Brasil ini mulai menyuntikkan berbagai pengaruh elemen lain seperti hardcore punk, industrial hingga nu-metal.
.
CARCASS “Heartwork” (18 Oktober 1993 – Earache Records)
Karya rekaman album keempat dari band extreme metal asal Inggris ini dianggap oleh banyak pihak sebagai salah satu album death metal terbaik sepanjang masa. Sebuah mahakarya yang mencetuskan style melodic death metal. “Heartwork” sendiri merupakan album terakhir yang melibatkan gitaris Michael Amott (Arch Enemy).
.
RUSH “Counterparts” (9 Oktober 1993 – Anthem Records)
Pendekatan musikal unit progressive rock asal Kanada ini, sedikit berbeda di sini. Lebih terkesan ‘pop’, dan ada nuansa hard rock. Sangat terasa di lagu-lagunya, terutama di nomor “Stick It Out”, “Nobody’s Hero” dan “Leave That Thing Alone”. Tapi album ini berhasil menempati terlaris kedua di AS, menjadikan “Counterparts” sebagai salah satu dari dua karya album Rush yang tersukses di negara tersebut. Karya instrumental “Leave That Thing Alone” sendiri sempat masuk nominasi Grammy Award 1994 untuk kategori “Best Rock Instrumental Performance”.
.
GUNS N’ ROSES – “The Spaghetti Incident?” (23 November 1993 – Geffen Records)
Sebuah karya album yang dirilis di detik-detik terakhir menuju perpecahan band ini. Sebagian besar materi lagunya digarap saat sesi rekaman album “Use Your Illusion” dan merupakan kompilasi lagu daur ulang (cover) milik beberapa band punk dan glam seperti U.K. Subs, The Damned, New York Dolls, The Stooges, Dead Boys, Misfits hingga Johnny Thunders. Juga merupakan satu-satunya album yang melibatkan kontribusi gitaris Gilby Clarke di proses rekamannya.
.
VAI “Sex & Religion” (23 Juli 1993 – Relativity Records)
Sebenarnya dimaksudkan sebagai sebuah karya album band, bukan solo. Makanya diberi nama Vai, bukan Steve Vai, dan melibatkan musisi berkaliber tinggi untuk mendukung proyek ini. Ada vokalis dan gitaris Devin Townsend (Strapping Young Lad), dramer Terry Bozzio (Frank Zappa) dan bassis T. M. Stevens. Tapi dalam prosesnya, Steve Vai cenderung mendominasi sehingga membuat kolaborasi tersebut tidak bertahan lama. Satu lagu berlirik yang sempat mencuri perhatian adalah “In My Dreams with You” yang ditulis oleh Desmond Child, Roger Greenawalt dan Steve Vai sendiri.
.
ANTHRAX “Sound of White Noise” (25 Mei 1993 – Elektra Records)
Setelah vokalis Joey Belladonna mundur pada 1992, masuklah John Bush sebagai pengganti dan langsung dilibatkan di penggarapan album ini. Karya ini juga merupakan produksi terakhir yang menghadirkan kontribusi gitaris Dan Spitz. Lagu-lagu yang diandalkan, seperti “Only”, “Room for One More”, “Black Lodge” dan “Hy Pro Glo” memperlihatkan pergeseran konsep musik Anthrax, dari ciri khas thrash metal yang agresif ke pola musik yang lebih melodik.
.
COVERDALE-PAGE “Coverdale-Page” (15/16/18 Maret 1993 – EMI/Geffen Records/Sony Music Entertainment)
Salah satu kolaborasi bersejarah dalam sejarah rock dunia. Duo ikon rock legendaris, yakni gitaris Jimmy Page (Led Zeppelin) dengan vokalis David Coverdale (Whitesnake/Deep Purple) menyatukan ide dan visi di album ini. Proyek ini sendiri terwujud lantaran Led Zeppelin gagal melakukan reuni setelah vokalis Robert Plant menolak untuk berpartisipasi. “Take Me for a Little While”, “Take a Look at Yourself”, “Pride and Joy” dan “Shake My Tree” adalah lagu-lagu terbaik dari album ini.
.
DEEP PURPLE “The Battle Rages On…” (19 Juli 1993 – RCA Records)
Setelah reuni pertama formasi Mk II yang menghasilkan album “Perfect Strangers” (1984), gitaris Ritchie Blackmore, bassis Roger Glover, kibordis Jon Lord, dramer Ian Paice dan vokalis Ian Gillan kembali berkumpul dan berujung di studio rekaman untuk melahirkan album ini. Beberapa materinya – yang antara lain menjagokan “Anya”, “Time to Kill” dan “Solitaire” – sebenarnya merupakan komposisi yang digarap di era Joe Lynn Turner, vokalis sebelumnya. Ian Gillan akhirnya terpaksa harus merevisi banyak bagian untuk menyesuaikan dengan karakter vokalnya. Sebelum Ian Gillan memutuskan gabung kembali, Ritchie Blackmore sempat mengusulkan vokalis tak terkenal, Mike DiMeo (belakangan bergabung di band Riot dan Masterplan) untuk bergabung di Deep Purple, namun ditolak personel lainnya.
.
MR. BIG “Bump Ahead” (21 September 1993 – Atlantic Records)
Usai album “Lean into It” (1991) yang melejitkan popularitas band ini ke skena internasional, Mr. Big meneruskan formula rock yang teknikal namun easy listening di karya terbarunya ini. Lebih dari setengah album ini memuat lagu-lagu yang sangat popular di kalangan penggemar Mr. Big dan skena rock umumnya, seperti “Colorado Bulldog”, “Promise Her the Moon”, “Wild World”, “The Whole World’s Gonna Know”, “Nothing but Love” dan “Ain’t Seen Love Like That”.
.
RADIOHEAD “Pablo Honey” (22 Februari/20 April 1993 – Parlophone/Capitol Records)
Bukan album terbaik mereka, tapi karya debut ini membuka jalan Radiohead menuju popularitas global dunia, di tengah momentum invasi grunge. Lagu “Creep” yang menjadi andalan utama di “Pablo Honey” sampai saat ini masih menjadi karya tersukses mereka, dan masih menjadi salah satu anthem di setiap konser band asal Oxforshire, Inggris tersebut.
.
PAS BAND “4 Through the Sap” (Oktober 1993 – SAP Music Management/Aquarius Musikindo)
Sebuah terobosan penting dan bersejarah dalam perjalanan industri musik rock di Indonesia. Album mini (EP) debut tersebut diproduksi mandiri dengan cara DIY (do it yourself), lalu diedarkan dengan berani lewat jalur independen, di saat budaya semacam itu belum lumrah dilakukan di skena musik Tanah Air. Dalam waktu tiga bulan, “4 Through the Sap” berhasil terjual sebanyak lebih dari 10.000 keping. Gerakan itu melesatkan reputasi PAS sehingga dipinang oleh label besar, Aquarius Musikindo, dan bahkan membawa band rock asal Bandung ini tampil di panggung Fort Canning Music Festival, Singapura.
.
.