Tumenggung akhirnya melontarkan album penuh keduanya, “Back On The Streets”, usai menjalani jeda selama empat tahun.

Sebuah karya rekaman yang lahir dari masa-masa sulit. Usai melepas album pertama, “Soul of Steel” pada 4 Mei 2020 lalu, pandemi datang dan melumpuhkan segalanya.

“… Tanpa panggung, tanpa karya, bahkan eksistensi kami mulai dipertanyakan. Namun, situasi itu justru menjadi pemantik semangat untuk berkarya kembali,” seru Tumenggung kepada MUSIKERAS, sarat semangat.

Kini, band yang dikenal dengan karakter heavy metal klasik yang terinspirasi dari band legendaris seperti Accept, Loudness hingga Judas Priest ini siap mengukir kembali nama mereka di panggung heavy metal Tanah Air, dan dunia!

“Back On The Streets” yang dirilis pada 17 Januari 2025 lalu, diedarkan oleh Jawbreaker Records, label rekaman asal Swedia.

Kolaborasi dengan Jawbreaker Records menjadi tonggak penting dalam perjalanan mereka, membuka jalan bagi band asal Yogyakarta ini untuk menjangkau pendengar internasional yang memiliki semangat yang sama terhadap musik heavy metal.  

Dengan “Back On The Streets”, Tumenggung tidak sekadar kembali. Mereka mengaum lebih keras dan lebih kuat, dengan pandangan yang teguh menuju panggung global. 

Produksi penggarapan “Back On The Streets” sendiri dimulai pada pertengahan 2023 di studio pribadi milik Arif Wahyu Ramadhan, gitaris dan vokalis Tumenggung. Studio ini menjadi ruang eksplorasi bagi mereka untuk menciptakan sesuatu yang jujur, penuh emosi, dan mencerminkan perjalanan mereka selama ini. 

Dari situ, Arif bersama personel lainnya, yakni bassis Ardhy Dwiatmoko dan dramer Anindita Bramasto menghasilkan sembilan lagu penuh energi yang sarat akan refleksi sosial dan realitas kehidupan sehari-hari. 

Setiap lagu membawa narasi yang autentik dan penuh emosi, yang siap menggugah pendengarnya. Dua single pembuka, “Back On The Streets” (1 November 2024) dan “Symphony of Hate” (3 Januari 2025), telah memberikan gambaran akan semangat kreatif Tumenggung yang tak tergoyahkan. 

“Album ini bukan sekadar tentang membuat musik; ini tentang menembus batasan dan membuktikan bahwa Tumenggung layak tampil di panggung yang lebih luas, melampaui Indonesia,” ungkap Arif meyakinkan. 

Dari sisi musikal, album ini konsisten menerapkan konsep heavy metal yang terinspirasi band-band tradisional, yang kental akan pengaruh dari gerakan New Wave of Traditional Heavy Metal.

tumenggung

“Kami berusaha menghadirkan nuansa raw dan analog khas genre tersebut, tetapi dengan sentuhan teknik rekaman modern. Meski begitu, kami tidak berambisi untuk tampil berbeda atau unik. Fokus kami adalah menjaga keaslian dan kejujuran dalam bermusik,” papar Tumenggung memperjelas musiknya. 

Tapi satu hal yang menarik, lanjut mereka, beberapa pendengar Tumenggung dari Eropa justru mengatakan ada sentuhan Indonesia yang terasa di karya mereka.

“Sesuatu yang mungkin hanya bisa dirasakan dan dinikmati saat mendengarkannya!” 

Seperti lazimnya band-band pengibar heavy metal, kerap menyelipkan satu komposisi yang bermotif balada (ballad). Tapi Tumenggung menegaskan, memainkan lagu semacam itu, justru tidak mudah bagi mereka.

Lagu yang dimaksud bertajuk “Deja Vu”. Sepintas, lagu itu mungkin terdengar sederhana, tapi justru itu yang membuatnya menjadi sulit dieksekusi.

Ballad membutuhkan sensitivitas lebih, terutama untuk musisi yang terbiasa dengan intensitas heavy metal. Dinamika, emosi, dan kehalusan eksekusi menjadi tantangan terbesar kami saat merekamnya. Kami rasa musisi lain yang pernah mencoba membuat lagu ballad akan memahami betapa kompleksnya proses ini,” urai mereka beralasan.  

Sedikit tentang Tumenggung. Dibentuk pada 2007 silam, para personel band ini datang dari latar belakang referensi musikal yang sama. Mereka tumbuh besar bersama heavy metal. Musik dari Judas Priest, Riot hingga Yngwie Malmsteen menjadi soundtrack kehidupan mereka saat remaja, yang selalu menemani sepulang sekolah.

Genre ini adalah bagian dari diri kami, dan memainkan heavy metal adalah cara kami menghormati warisan para legenda tersebut. Tren boleh berganti, tapi kami merasa heavy metal adalah rumah. Kami berkarya bukan untuk mengikuti arus, melainkan untuk mengekspresikan siapa kami sebenarnya.” 

Sejauh ini, Tumenggung tercatat antara lain pernah tampil di helatan bergengsi Jogjarockarta Festival, berbagi panggung dengan band internasional seperti Extreme dan Power Trip. Tumenggung telah membuktikan diri sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan di skena musik heavy metal. 

Album “Back On The Streets” dirilis dalam format kaset, CD, piringan hitam (vinyl) serta digital streaming. (mdy/MK01)